
Uang pecahan di bawah Rp.5000 sudah tak lagi 
digunakan karena memang harga semua barang dagangan di sana diberi harga
 kelipatan Rp.5000.
Kalau di Jawa masyarakatnya masih menggunakan
 hampir semua pecahan mata uang mulai dari recehan sampai uang kertar, 
mulai dari yang senilai Rp 100 sampai dengan Rp 100.000, berbeda halnya 
dengan yang terjadi di Distrik Okbab. Di distrik yang merupakan bagian 
dari Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua ini anak-anaknya sudah tidak 
lagi mengenal mata uang pecahan di bawah Rp 5.000.
Cerita bermula saat ada sekelompok pengajar dari Jawa yang mendapat 
tugas menjadi pendidik disana di mana salah satunya mencoba untuk 
memberikan uang senilai Rp 2.000 pada seorang anak kecil di distrik 
tersebut.
"Setelah saya kasih uang, anak itu tiba-tiba lari menemui mamanya dan
 menanyakan apakah lembaran yang saya berikan tadi adalah uang atau 
tidak. Lalu sang ibu menjelaskan pada saya bahwa uang pecahan di bawah 
Rp 5.000 sudah tidak dipergunakan lagi di sana, jadi wajar kalau 
anak-anak tidak mengerti pecahan uang tersebut," cerita Deny Mustikasari
 pada brilio.net Selasa (5/5).
Deny menambahkan bahwa uang pecahan di bawah Rp. 5000 sudah tak lagi 
digunakan karena memang harga semua barang dagangan di sana diberi harga
 kelipatan Rp.5000. Misalnya harga satu bungkus mie instan Rp.5000, 
harga satu botol air mineral Rp.10.000, dan seterusnya. Jadi wajar saja 
anak-anak di sana hanya mengenal pecahan Rp. 5000, Rp. 10.000, Rp. 20.000, 
Rp. 50.000, dan Rp. 100.000. Dan hal itu juga yang membuat anak-anak 
sekolah di sana lebih mudah belajar hitungan dengan kelipatan 5.
Semoga bermanfaat dan terima kasih. 
Sumber 
http://www.brilio.net
0 komentar:
Posting Komentar