Nak cari ape..??

Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Januari 2016

Gendong Aku Sampai Ajalku Tiba

Suatu malam ketika aku kembali kerumah, istriku menghidangkan makan malam untukku. Sambil memegang tangannya aku berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu." Istriku lalu duduk disamping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku.

Aku ingin sebuah perceraian diantara kami, karena itu aku beranikan diriku. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik bertanya kepadaku dengan tenang, "Mengapa?" Aku menolak menjawabnya, ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin tahu alasan dibalik keinginanku untuk bercerai.

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai dan dia dapat memiliki rumah kami, mobil, dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah dan merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku itu telah menjadi orang yang asing dihatiku. Aku minta maaf kepadanya karena dia telah membuang waktunya 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energiyang diberikan kepadaku, tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane, wanita simpananku, bahwa aku sungguh mencintainya. Istriku menangis lagi. Bagiku tangisannya sekarang tidak berarti apa-apa lagi. Keinginanku untuk bercerai telah bulat.

Hari berikutnya, ketika aku kembali kerumah sedikit larut, kutemukan diasedang menulis sesuatu diatas meja diruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane. Ketika terbangun, kulihat dia masih duduk disamping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.

Pagi harinya, dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku. Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum perceraian. Dia memintaku dalam sebulan itu, kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami istri. Alasannya sangat sederhana. Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami. Selain itu, dia juga meminta agar aku harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai muka depan pintu setiap pagi.

Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah demi perceraian yang kuinginkan, aku pun menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Aku menceritakan kepada Jane tentang halitu. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah kita rencanakan," kata Jane.

Ada rasa kaku saat menggendongnya untuk pertama kali, karena kami memang tak pernah lagi melakukan hubungan suami istri belakangan ini. Putra kami melihatnya danbertepuk tangan dibelakang kami. "Wow, papa sedang menggendong mama." Sambil memelukku dengan erat, istriku berkata, "Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita." Aku menurunkannya didepan pintu. Dia lalu pergi kedepan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ketempat kerjanya, sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat didadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharumantubuhnya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini denganseksama untuk waktu yang agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda seperti dulu lagi, ada bintik-bintik kecil diwajahnya, rambutnya pun sudah mulai beruban. Namun entah kenapa, hal itu membuatku mengingat bagaimana pernikahan kami dulu.

Pada hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku mulai merasakan kedekatan. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenamdan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami istri mulai tumbuh kembali dihatiku. Aku tentu tidak mengatakan perasaan ini kepada Jane.

Suatu hari, aku memperhatikan dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuknya. Dia sedikit mengeluh,"Semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang." Aku mulai menyadari bahwa dia semakin kurus dan itulah sebabnya kenapa aku dapat dengan mudah menggendongnya. Aku menyadari bahwa dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup dihatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul dan berkata," Papa, sekarang saatnya untuk menggendong dan membawa mama." Bagi putraku, melihatku menggendong dan membawa mamanya menjadi peristiwa yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku dari peristiwa yang bisa mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai.

Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai kepintu depan. Tangannya melingkar erat dileherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami istri yang harmonis. Aku pun memeluk erat tubuhnya, seperti momen hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu. Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih.

Pada hari terakhir, aku menggendongnya dengan kedua lenganku. Aku susah bergerak meski cuma selangkah kedepan. Putra kami telah pergi kesekolah. Aku memeluknya erat sambil berkata, "Aku tidak pernah memperhatikan selama ini hidup pernikahan kita telah kehilangan keintiman satu dengan yang lain."

Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku, mampir ketempat Jane. Melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Begitu cepatnya karena aku takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik kelantai atas. Jane membuka pintudan aku langsung berkata padanya. "Maaf Jane, aku tidak ingin menceraikan istriku."

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Aku mengelak dan berkata, "Maaf Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memaknai setiapmomen kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari sejak aku menggendongnya sebagai syaratnya itu, aku ingin terus menggendongnya sampai hari kematian kami."

Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah disebuah toko bunga disepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis dikartunya. Aku tersenyum dan menulis, "Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput."

Petang hari ketika aku tiba dirumah, dengan bunga ditanganku, sebuah senyum menghias wajahku. Aku berlari hanya untuk bertemu dengan istriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami. Tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal diatas tempat tidur yang telah kami tempati bersama 10 tahun pernikahan kami.

Aku baru tahu kalau istriku selama ini berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun begitu, dia ingin menyelamatkanku dari pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami karena aku menginginkan perceraian, karena reaksi kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun yang mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami.

Pesan
Betapa berharganya sebuah pernikahan saat kita bisa melihat atau mengingat apa yang membuatnya berharga. Ingat ketika dulu perjuangan yang harus dilakukan, ingat tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi diantara kalian, ingat juga tentangjanji pernikahan yang telah dikatakan. Semuanya itu harusnya hanya berakhir saat maut memisahkan.

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang dibank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah temanbagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban didalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya.

Sumber: 

http://terima-kasihya-allah.blogspot.co.id/2013/01/kisah-cinta-inspiratif-gendong-aku.html
Read More ->>

Tantangan yang Tak Terduga

Seorang cewek memberikan tantangan kepada cowoknya untuk hidup tanpa dirinya, untuk tidak ada komunikasi sama sekali selama satu hari.

Dia berkata pada cowoknya, "Kalau kamu bisa melewati tantangan itu, aku akan mencintai kamu selamanya."

Si cowok pun setuju, tidak SMS-an atau telponan ceweknya seharian.

Tanpa dia ketahui, bahwa ceweknya hanya memiliki 24 jam untuk hidup, karena si cewek menderita penyakit kanker.

****

Keesokan harinya, si cowok pun pergi kerumah ceweknya. Air matanya pun tiba-tiba menetes saat melihat ceweknya sudah terbaring dengan surat ditangannya yang bertuliskan, "Kamu berhasil, sayang. Bisakah kamu lakukan itu setiap hari....? I LOVE YOU...."

Si cowok pun hanya mampu menitikkan airmata.
 
Pesan
Jangan pernah kehilangan komunikasi dengan orang-orang yang Agan sayangi, karena Agan nggak akan tahu apa yang akan sebenarnya terjadi.
Read More ->>

Hati yang Tersakiti

Sepasang suami istri yang baru saja menikah ini, hidup dengan sangat sederhana sekali bahkan bisa dikatakan selalu serba kekurangan, sebut saja nama mereka Pardi dan Lastri. Dengan hanya mampu mendiami satu kamar kontrakan sempit yang selalu mereka bayar tiap bulan, mereka memutuskan untuk mencoba mandiri dan menjalani hidup apa adanya, baik senang maupun susah, dengan berlalunya waktu, roda kehidupanpun berputar, hingga sepasang suami istri inipun dikaruniai 2 pasang bidadari kecil yang manis-manis dan lucu, sebagai seorang ayah kebanyakan, pastilah kecerian anak adalah sebagai obat jenuh dan pelipur lara, bahkan dalam keadaan letih yang luar biasa sekalipun, pastilah letih itu akan sirna dengan sekejap, tak kala, bagi seorang ayah ketika kembali kerumah dari sepulang kerja, disambut riang celoteh anak dengan wajah-wajah mereka yang lucu berseri.

Sebagai seorang istri, Lastri selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anaknya tercinta dan untuk suaminya Pardi, ya sebagai istri, Lastri selalu berusaha semampunya menjadi seorang istri yang berbakti, dan begitu juga dengan Pardi, siang malam banting tulang memeras keringan demi satu pengharapan, yaitu menjadi kepala rumah tangga yang bisa bertanggungjawab untuk meraih keberhasilan dalam merubah nasibnya, dan tentu tekad itu untuk masa depan anak-anaknya kelak, agar tidak susah seperti orangtuanya, hingga Pardi selalu berusaha sekuat tenaga, siang dan malam bekerja demi untuk merubah kehidupannya agar menjadi lebih layak lagi dan sukses.

Beberapa tahun berselang, usaha yang terus digeluti Pardi baik siang atau malam dengan tekun dan kerja keras mulai membuahkan hasil, hingga usahanya berkembang bahkan lebih dari itu. Pardi yang dulu benar-benar seorang pemuda yang memulai hidupnya dari nol besar dan sangat serba kekurangan bersama istri dan dua buah hati hasil cinta mereka, yang kadang Pardi bisa menahan lapar seharian asal demi sang istri dan anak bisa makan walau dalam satu piring saja, kini Pardi telah berubah menjadi sosok yang sangat berhasil, baginya kini harta adalah bukan lagi suatu benda dunia yang sulit didapat, ya Pardi telah menjelma menjadi seorang yang serba kecukupan dan sangat-sangat mapan.

Mungkin mengenai satu pepatah seperti, tua-tua keladi semakin tua semakin jadi, ada benarnya, karena bagi seorang lelaki perubahan fisik tak begitu kentara, selama dia bisa merawat tubuhnya dan selalu hidup sehat dan bersih walau semakin nambah usia, terkadang tidak akan terlihat perbedaan, terlebih lagi didukung kemakmuran finansial, apapun barangkali bisa didapatkan bagi lelaki yang sudah menjelma seperti ini, namun justru keadaan bisa terbalik bagi seorang wanita ibu rumah tangga biasa yang selalu hidup sederhana walau dikelilingi kemewahan, terkadang kepentingan untuk dirinya pribadi selalu diabaikan, mungkin karena telah lelah letih dalamkesehariannya, untuk mengurusi anak-anak dan suami tercinta, baik disadari atau tidak, membuat perubahan drastis pada fisik seorang wanita, terlebih lagi apabila wanita ini sudah menurunkan anak dan tidakbegitu pandai dalam berbenah diri atau bersolek layaknya wanita wanita kota, maka? Ya itulah yang terjadi yang dulunya cantik, manis dan menarik kini berubah menjadi satu sosok yang membosankan, gemuk dan tak menarik lagi, banyak permasalahan rumah tangga yang terpicu karena masalah ini, sebetulnya terlihat sepele tapi tak sedikit bahtera rumah tangga kandas dan hancur, jadi bagi kaum hawa dimana pun anda berada satu pesan dari Ergi, suami dan anak memang nomor satu, tapi merawat tubuh dan badan agar tetap tampil cantik dihadapan suami juga tak kalah penting.. inget yah…. jangan sampai ada virus datang dari luar menggoda keharmonisan rumah tangga kalian yang sudah terjalin lama.

Back to story….
Dan karena hal ini lah cobaan tengah melanda kehidupan rumah tangga
Lastri dan Pardi, memang setiap hidup pasti cobaan akan datang silih berganti, terlebih dalam menjalani rumah tanggapun demikian, cobaan dan godaan selalu saja ada datang, hanya saja tinggal bagaimana kita menyikapinya dan mencari jalan keluar dari setiap permasalahan tersebut, karena tidak ada satupun cobaan yang datang kecuali kita tidak sanggup menghadapinya, kehidupan rumah tangga Lastri dan Pardi semakin lama semakin hambar dan memburuk, walau kini dipenuhi gelimangan harta benda,entah bagaimana asal muasalnya hingga jadi seperti itu.

Lastri merasa asing dirumahnya sendiri, dia merasa putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk suaminya yang tak pernah terbuka, kehangatan yang dulu selalu ia rasakan diantara keluarga terlebih dari suami, seakan sirna menghilang tanpa bekas, hampir disetiap malam-malamnya Lastri selalu kesepian dan meneteskan air mata. Lastri merindukan waktu-waktu dulu saat dia masih dalam keadaan serba kekurangan, hatinya berkata, lebih baik aku sengsara seperti dulu, daripada aku menjalani hidup berlimpah harta tapi hatiku hampa… begitulah kira kira.

Namun disatu sisi, Pardi pun membatin samadidalam dirinya, karena Pardi bukannya tidak sangat mencintai Lastri apa adanya, namun didalam hati kecilnya, Pardi berteriak aku sudah jenuh, aku bosan, kau sudah terlalu banyak berubah, jadilah istriku yangcantik dan harum seperti dulu, rawatlah aku dan manjakanlah aku… ya Pardi sebenarnya memiliki pemikiran batin yang sama, dia berharap agar istrinya jangan menjadi lupa, bahwa engkau walau sudah menurunkan anak anak bagiku, tapi engkau jangan lupa aku adalah lelaki, maka sambutlah aku dengan keindahan cantik dirimu dan harumnya tubuhmu yang selalu aku dambakan seperti saat kita berjumpa dulu, namun kini tak pernah aku dapatkan lagi.... begitulah kira-kira

Namun tidak keterbukaan sudah terlalu semakin kuat menghalang-halangi permasalahan yang telah mengganggu keharmonisan dalam bahtera rumah tangga Pardi dan Lastri, semakin hari Pardi semakin menjauh, begitupun Lastri terbelenggu dan berkutat dalam kesedihannya, Pardi banyak menghabiskan waktunya diluar untuk membuang rasa penat dan jenuh dalam menghibur dirinya, kalau dulu lugu dan keceriaan dari anak-anaknya mampu meredam rasa itu, kini tidak didapat oleh Pardi, karena anak-anaknya kini sudah beranjak remaja.

Seorang sekretaris yang muda dan cantik yang berkerja ditempat usaha Pardi kerap kali menjadi teman bicara mengenai kegundahan rumah tangga oleh Pardi, disinilah akhirnya tumbuh bisikan-bisikan yang akan semakin menghancurkan kokohnya tiang bahtera rumah tangga Lastri. Hingga pada suatu malam, entah bagaimana ceritanya Pardi pulang dan memanggil istrinya Lastri, lalu dia berkata "Lastri aku meminta izin padamu, kalau aku akan menikah lagi dengan ……….. Bagaimana? Apakah kau mengizinkan aku untuk menikah lagi?" Lastri bagai tersambar petir saat mendengar kata-kata suaminya yang sama sekali bukan kata-kata yang dia harapkan malam itu, Lastri tertunduk lesu, namun Lastri tetap menjawab dengan lidahnya yang kelu. "Kalau mas merasa ingin menikah lagi, ya terserah mas aja.. Aku ikhlas kok kalau harus dimadu." Seraya pergi meninggalkan Pardi diruangan rumah itu sendiri, apa yang diucapkan Lastri, dianggap oleh Pardi bahwa Lastri telah mengizinkannya untuk menikah lagi, selepas berbicara dengan Lastri mengenai maksudnya untuk menikah lagi, Pardi pun segera meninggalkan rumahnya malam itu juga entah kemana.


Di dalam kamar, Lastri ternyata bercucuran air mata tanpa bersuara, hatinya merasa hancur lebur tak karuan, dia tidak ingin anak-anaknya mengetahui prahara hubungan dirinya dan ayah mereka yang diambang kehancuran. Lastri terdiam lama.. termenung, tak lama berselang menangislagi begitu dan begitu, walau mulutnya berkata ikhas namun hatinya tidak sanggup untuk menerimanya, malam itu kehancuran total dalam hidup Lastri menjadi satu merasuk dalam hati membuat keteguhan imannya melemah dari bisikan setan yang mulai menyerang pikirannya dari segala arah.

Diam-diam sebenarnya anak-anak merekapun sudah mengetahui mengenai bagaimana kini sang ayah dan ibu tengah ada masalah, namun sebagai anak-anak yang masih diusia tanggung apa yang bisa mereka perbuat?

Hingga pada suatu saat, pada hari besar itu, saat Pardi beberapa hari lagi menyelenggarakan pesta besar pernikahan dengan mantan sekretarisnya yang kini telah dipinang nya untuk menjadi istri, dengan ceria, mereka merencanakan pesta besar dua hari dua malam di kediaman calon si istri muda, betapa kejamnya Pardi, beberapa hari sebelumnya, surat undangan mereka yang disebar, bahkan sampai kepada kerabat dekat, saudara juga kedua orangtua dari Lastri, bahkan Lastri sendiripun menerima undangan tersebut, ya kartu undangan berwarna coklat hati itu adalah undangan pernikahan Pardi, beberapa kerabat dan orangtua Lastri menyarankan agar Lastri bercerai saja, namun selalu ditolak oleh Lastri dengan alasan kasihan anak-anak, namun keluarga Lastri yang merasakan sebuah situasi rasa yang tidak mengenakan itu, tidak bisa berkata apa apa, toh karena Lastri sendiripun telah mengizinkan juga suaminya untuk menikah lagi.

Hingga pada hari H itu datang, Lastri yang kala itu tengah berkumpul disebuah ruangan keluarga dengan saudara, beberapa kerabat dan anak-anaknya yang tengah asyik memakan rujak mangga, kala itu tiba tiba pamit untuk berganti pakaian, namun anehnya lama tak kunjung juga keluar dari kamarnya, hingga salah satu dari anaknya menyusul kedalam kamar, namun apa yang terjadi, anaknya menjerit histeris tak kala menyaksikan sang ibu yang tadi baru saja tertawa-tawa dan bercanda diruang keluarga sambil menikmati rujak mangga itu kini dengan pakaiannya yang dulu pernah dipakai dalam acara pernikahan Lastriyang setidaknya pernah membuatnya bangga dan gembira bersama pardi melekat ditubuh Lastri yang telah tergantung dikamarnya dengan lidah yang menjulur. Dimeja rias Lastri, ditemukan sepucuk surat berisi,
"Aku memang mengizinkanmu sayang, tapi bukan berarti aku mengikhlaskan keinginanmu
. Aku selalu merindukan hidup kita yang dulu selalu menderita, saat kita bersama-sama berharap agar kita bisa hidup layak

Kini doa dan harapan kita terlaksana sudah, namun kenapa aku menjelma menjadi seorang wanita yang tengah berputus asa sayang!! Salah apakah diriku?? Sengaja aku meninggalkanmu dihari ini sayang, hari disaat kau dalam suasana bersuka cita, biarlah aku yang akan pergi dengan membawa hati yang terluka, Agar kau akan selalu teringat betapa tersiksanya hatiini sayang ku

Selamat tinggal kekasihku…

Anak-anakku maafkan ibu…"


Kematian Lastri yang sama sekali tidak pernah diduga akan seperti ini dilakukan oleh Lastri, membuat anak-anaknya dan kedua orang tuanya menyisakan rasa duka yang dalam karena dimata mereka Lastri adalah sosok yang tekun kerap beribadah, dalam waktu singkat kabar kematian Lastri pun mengundang para aparat datang ketempat kejadian perkara, dan begitupun Pardi, yang kala itu tengah berada disinggasana pestanya bak tersambar petir, setelah mendapat kabar via telpon dari keluarga Lastrimengenai istrinya yang telah tiada, sontak langsung membuat Pardi tanpabanyak bicara meninggalkan pesta pernikahan nya dan langsung membawa mobilnya kembali kerumah yang didiami oleh mereka, tentunya istrinya, Lastri dan anak-anak buah cinta mereka berdua.

Kala itu rumah yang cukup megah itu, ya rumah yang telah lama menyimpan dan merekam beribu kisah suka dan senang, tawa dan canda berikut bermacam aktivitas antara kisah Lastri dan Pardi dalam membina bahtera rumah tangga, terlihat ramai dipenuhi warga sekitar, dengan mata yang berlinang air mata dan dada yang terasa semakin sesak, Pardi menerobos kerumunan manusia yang tengah memadati rumah bagusnya itu, tanpa mempedulikan dan menghiraukan tatapan-tatapan sinis dari setiap orang yang menyadari kedatangan Pardi yang mereka anggap sebagai penyebab meninggalnya Lastri itu.

Diruang tengah itu, ruang yang biasanya dulu sebagai tempat mereka bercengkrama dan bercanda bersama anak-anak mereka, terlihat terbujur kaku satu jasad wanita yang terlihat memucat dan terlihat juga bekas melingkar jeratan dileher yang telah membiru. Pardi menangis sejadi-jadinya, meraung-raung memeluk tubuh istrinya yang telahlemas terkulai dan tak bernyawa itu sambil berteriak teriak “Lastri kalau kamu memang tak mengizinkan aku untuk menikah… aku tak akan menikah lagi!!! Kenapa sekarang jadi begini lastriiiiii…….??? Kenapa tak kau bilang padaku kalau kau tak ingin aku menikah lagi....??? kenapa kau tak bilang……????" Terus pardi sambil menangis meraung-raung sambil memeluki jenazah istrinya yang kala itu mengenakan pakaian pengantin yang dulu mereka pakai saat menikah, tubuh Lastri yang diguncang-guncanghebat oleh Pardi, hanya bisa terdiam kaku, wajahnya yang masih sedikit memancarkan kehidupan, yang rupanya Lastri telah bersolek, sebelum memutuskan mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri, terlihat sangat cantik dibalut gaun pengantin itu, namun kini gaun yang dipakai terakhirkali oleh Lastri itu bukan untuk gaun kebahagian tapi gaun yang dipakai saat detik-detik Lastri untuk mengambil satu keputusan besarnya…. Ya untuk terakhir kalinya Lastri mengingat masa indahnya dulu bersama Pardi sang pujaan hatinya yang kini telah membuat hatinya terluka.

Begitulah sob kisah Pardi dan Lastri rumah megah mereka kini kosong tak berisi, anak-anak Pardi dan Lastri kini mereka ikut dengan nenek dan kakeknya Lastri yang bermukim tak jauh dari tempat berkerja Ergi dulu, disebuah pabrik kimia dibilangan keragilan diujung Serang, Banten.

Semenjak rumah itu kosong kerap kali warga sekitar melihat penampakan Lastri yang tengah mengenakan gaun pengantinnya dan berdiri didalam remang kegelapan rumah mewahnya yang telah lama kosong dengan suara tangisannya yang selalu menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

Itu salah satu fenomena yang kerap dilihat dan didengar oleh orang-orang sekitar, namun semenjak kepergian Lastri, Pardi pun sering sekali melamun karena surat terakhir dari Lastri yang dibaca oleh Pardi kala itu, membuat hati dan jiwanya terguncang, tempat usaha yang jarang dikontrol olehnya, kini telah menjadi bangkrut dan beralih tangan keorang lain, tentu saja dengan keadaan yang sedemikian rupa, si istri muda yang cantiknya itu tak berlama lama lagi langsung meninggalkan Pardi seorang diri, kini Pardi lebih banyak melamun, dan berdiam diri dirumah kedua orang tuanya, hingga akhirnya tak beberapa lama terdengar kabar Pardi pun meninggal dunia dikarena sakit komplikasi yang mendera dirinya, mungkin karena disebabkan kekurangan asupan makanan dan kurangnya istirahat, terlebih stress yang mengguncang dirinya salah satu faktor terbesar. Hancur total semuanya kisah mereka. Mereka berdua hanya menyisakan sepasang anak yang kini telah tumbuh menjadi sepasang anak yatim dan piatu.... Astagfirullahhal'adzim…

Begitulah kisah Pardi dan Lastri, sangat ironis dan mengenaskan. Islam memang membolehkan berpoligami, tapi sekali lagi tidak semudah itu, sumpah sajatidak segampang yang kita kira. Bukan hanya karena alasan sepele, seperti ingin menyalurkan syahwat, kejenuhan, bosan, lalu beralasan menghindari perbuatan zina, terus mengambil sikap untuk berpoligami… sumpah tidak seperti itu… dan berpoligami juga bukan untuk membuat anak menjadi yatim piatu, lalu seperti apa??? Nah untuk urusan ini, cari sendiri deh ilmunya dan kaji lagi lebih dalam lagi.... oke? Masalahnya Ergi cuma mampu menjadi sebagai penulis cerita.

^^^^ TAMAT ^^^^

Karangan:

Ergi Harry
Read More ->>

Janji yang Terlupakan

Suatu hari ada seorang cewek yang sedang berbicara dengan cowoknya yang sedang asyik bermain game. Saking asyiknya, cowok itu hanya mengiyakan setiap kalimat yang diucapkan ceweknya.

Pada hari itu mereka akan pergi jalan, namun waktu tertunda karena cowoknya masih tetap asyik dengan gamenya, "Ayo sayang, hari udah mau sore. Kapan kita perginya?" tanya sang cewek.

"Iya, nanti ya sebentar lagi, tanggung nih," ujar cowoknya sambil terus fokus pada gamenya.
"Ya udah kita janjian aja ya ditempat biasa, jam 07 oke?" jawab cewek.
"Oke, hati-hati ya," balas cowok

Akhirnya sang cewekpun meninggalkan cowoknya menuju tempat janjian mereka berdua. Namun beberapa waktu setelah ceweknya pergi, teman-teman si cowok mulai berdatangan dan bergabung untuk bermain game bersama si cowok hingga akhirnya cowok itu lupa akan janjinya bersama ceweknya.

Disebelahnya, handphone cowok itu berdering dan bergetar terus menandakan ada seseorang yang menghubunginya, tapi si cowok malah mematikannya karena dianggap mengganggu. Lalu dengan asyiknya ia melanjutkan gamenya.

Jam demi jam pun berlalu. Hari sudah larut. Si cowok baru menyelesaikan gamenya pukul 11 malam, sementara temannya sudah pulang. Dia sama sekali tidak ingat sakan janjinya tadi.

****

Keeseokan paginya, adik si cowok datang menghampiri dengan wajah yang sedih, "Kak, cewekmu.... dia udah meninggal kak."

Cowok itu kaget dan tidak percaya, "Jangan bohong, tidak mungkin dia meninggal" bantah si cowok.
"Bener kak, serius. Tadi orangtuanya nelpon kesini ngasih kabar tentang cewek kakak," jawab sang adik

Dengan cepat cowok itupun berangkat kerumah ceweknya. Dan benar saja, disana sedang ada pengajian ceweknya. Dilihatnya ceweknya terbaring kakudiselimuti kafan putih. Saat dia ingin melangkah kakinya masuk, kakak dari cweknya menghadang cowok tersebut.

Kakak ceweknya pun marah sambil berkata, "Kemana saja kamu? Penjahat itu sudah menusuk adikku. Dia nungguin kamu, bukan nungguin kematiannya! Berkali-kali aku memintanya pulang, tapi dia tetap bersikeras untuk nungguin kamu!" Bentak si kakak ceweknya. "Kalau gini jadinya, siapa yang kehilangan dia? Bukan kamu, tapi kita semua...." lanjut sang kakak cewek tersebut.

Si cowok pun hanya diam tanpa suara. Diaktifkannya HPnya lalu muncul 5 SMS dan 20 misscall

SMS 1 pada jam 20.25
"Sayang kok hapenya dimatiin?"

SMS 2 pada jam 20.30
"Sayang, belom selesai ya?"

SMS 3 pada jam 20.40
"Sayang, ada yang merhatiin aku terus...."

SMS 4 pada jam 20.45
"Aku takut, kamu dimana sayang?"

SMS 5 pada jam jam 20.50
"Ya sudah, aku pulang sendiri. Sebenarnya aku pulang cuma mau ngucapin happy anniversary untuk kita, makanya gak mau dijemput siapapun. Makasih sayang untuk waktu 2 tahunnya. I Love You, maafkan aku sayang."
Read More ->>

Ku Korbankan Jiwa Ini

Tersebutlah ada seekor burung pipit kecil dan bunga mawar putih yang bersahabat. Kedekatan mereka berangsur berubah menjadi rasa cinta, sang burung mencintai, sangat mencinta mawar putih dengan segenap jiwa. Namunsayang, mawar putih tidak merasakan apa yang dirasakan oleh sang burung karena mawar putih tengah mencintai mawar merah.

Sang burung berusaha mengungkapkan cintanya kepada mawar putih, dan berjuang keras membuktikan cintanya kepada sangmawar mutih. Namun, mawar putih tetap tidak mempedulikan cinta sang burung dan lebih memilih mawar merah. Namun, karena teguhnya cinta sang burung, mawar putih mulai luluh dan memberikan syarat kepada burung pipit tersebut. Syaratnya adalah mawar putih akan menerima cinta sang burung pipit jika sang burung bisa merubah warna mawar putih menjadi merah.

Sang burung paham betul apa tujuan sang mawar putih memintanya mengubah warna bunga menjadi merah. Tidak lain agar mawar putih mendapatkan cinta sang mawar merah. Sang burung bingung apa yang harus dilakukan. Namun, akhirnya sang burung menemukan cara untuk merubah warna mawar putih menjadi warna merah.

Suatu hari ia terbang diatas mawar putih. Kemudian ia melukai dirinya sendiri hingga darah menetes kebunga mawar putih sehingga berubahlah warna mawar putih menjadi merah. Lama kelamaan sang burung mulai lelah dengan luka-lukanya dan akhirnya terjatuh. Sang mawar baru sadar betapa besar cinta sang burung, namun semua itu terlambat.

Sebelum akhirnya sang burung mati karena luka-lukanya, sang burung berkata, “Aku mencintaimu melebihi keinginanku atas kebahagiaanku memilikimu. Aku tahu aku takan pernah memilikimu, namun cintaku menembus dinding itu dan hanya ini yang bisa aku berikan untuk membuktikan cintaku padamu. Selamat tingal sayangku. Aku cinta padamu. Berbahagialah dengan cintamu"

Penyesalan datang meratapi mawar putih. Namun sayang, semua itu terlambat. Karena sang burung telah tiada.
Read More ->>

Izinkan Aku Bersamamu di Surga

Seperti biasanya setiap hari aku bangun saat subuh, untuk sholat subuh berjamaah dengan keluargaku, setelah itu sarapan bersama, aku bergegas menyiapkan peralatan sekolahku, karena hari ini hari Senin, setiap muriddisekolahku diwajibkan datang lebih awal untuk mengikuti upacara bendera disekolah.

“Assalamualaikum..” ucapku seraya mengambil tangan ibu dan ayahku dan mencium tangan mereka untuk berpamitan.
“walaikumsalam..” jawaban kompak dari orangtuaku, “hati hati dijalan ya, nak” teriak ibuku dan aku hanya melempar senyum manisku untuk mereka.

Kata orangtua dan guru ngajiku, doa orangtua adalah doa Allah juga, jadi Insya Allah aku selamat selama perjalanan menuju sekolahku, sekolahku lumayan jauh di Lenteng Agung, daerah Jakarta Selatan.

Sesampainya digerbang sekolah, banyak murid-murid yang berlarian untuk cepat masuk kearea sekolah.

“Citra…” teriakan seseorang memanggilku dari arah belakang. Ya! namaku Citra Kharisma aku sekolah di Senior Islamic High School daerah Jakarta, saat ini aku kelas 1 IPS B, “tunggu gua, Cit, tunggu…” teriaknya lagi, suara itu tak lain dan tak bukan adalah suara Linda sahabat setiaku juga teman sebangkuku.
“Iya, buruan larinya, udah mau masuk nih” balasku.

Kami berdua dan juga murid-murid yang lain bergegas memasuki lapangan sekolah untuk mengikuti upacara bendera.

Upacara bendera pun dimulai, sekarang yang bertugas membina jalannya upacara adalah anak kelas 2 IPS C, mereka kakak kelasku. Saat upacara dimulai, aku tau, gak semua murid memperhatikan upacara ini, begitupun dengan aku dan Linda, kami malah asyik berbisik-bisik tentang kakak kelas yang bertugas saat ini, ada salah seorang diantara mereka yang menarik perhatianku, orangnya ganteng, putih dan manis, “Lin, loe liat deh tuh cowok didepan” bisikku pada Linda.

“Iya, gua udah liat, dari tadi juga gua perhatiin dia, kenapa loe suka ya?” ejek Linda kepadaku.
“Ah bisa aja loe, jangan-jangan loe kali yang suka, hayooo..” balasku meledek Linda, untuk menyangkal rasa malu ku.
“Hmmmm, tar giliran gua ambil nangis-nangis deh” ejeknya lebih dalam lagi.
“Aduuhhh nih orang ya, bikin gua mati kutu aja” ucapku dalam hati.

Upacarapun telah selesai, dan sebelum masuk kekelas seperti biasa aku dan Linda selalu kekantin, dan aku bertemu dengan cowok yang tadi lagi, kakak kelasku, jantungku berdegup kencang, “haduhhh” lirih ku dalam hati.

Dia menatapku, dan melemparkan sebuah senyuman manis kearahku, entah untuk siapa senyuman itu, aku gak mau langsung GR karenanya akupun menoleh kebelakangku takut-takut ada seseorang dibelakangku yang dia lempari senyum itu, tapi ternyata gak ada siapa-siapa dibelakangku, dia pun malah tertawa, aku jadi malu sendiri dibuatnya, jelas-jelas pipi ku memerah karenanya. Aku pun gak mau terlihat gampang untuknya, sedikit jual mahal, yah boleh lah, pikirku.

Aku dan Linda pun langsung masuk kekelas untuk mengikuti pelajaran jam pertama, hmm aku masih terbayang senyum manisnya yang jelas-jelas dia berikan untukku, kali ini aku gak konsen mengikuti pelajaran jam pertamadan kedua ini.

“Ttteeettt” bel pun berbunyi, tanda jam pelajaran selesai, dan waktunya istirahat, aku dan Linda pun turun kebawah untuk kekantin, yuupp kantin adalah tempatku dan Linda serta teman-teman genkku kumpul, untuk berbagi kesenangan.
“Cit, si ganteng tuh depan loe” bisik Linda.
“Ya udah sih biarin aja, emang kenapa?” balasku sedikit menghindar agar Linda tak melihat pipi merahku.
“Yuk ah buruan jalannya ntar keburu penuh dan ditempatin anak-anak lainnya nih tempat kita kumpul” aku langsung menarik tangan Linda, dan tiba-tiba tangan linda terlepas pegangannya dari tanganku, karena saat itu memang sedang ramai, tanpa sengaja Linda kesandung dan menabrak dari belakang kecowok ganteng itu, tapi gak tau kenapa cowok itu sudah berada tepat dibelakangku dan dia pun menabrakku dari belakang.
“Maaf, maaf banget ya gak sengaja” katanya dengan nada bersalah.
“Oh gak, gak apa-apa, bukan salah kakak kok” jawabku menegaskan.

Agar dia tidak merasa bersalah kepadaku. dia pun memberikanku senyuman yang khas seperti pertama kali dia tersenyum kepadaku, senangnya dalam hatiku, aku pun membalas senyumnya.

Dan selama dikantin, aku dan dia bisa dibilang curi-curi perhatian, ternyata sikapku ini diperhatikan oleh teman-teman genkku.

“Cie.... cieeee.... ada yang lagi jatuh cinta pada pandangan pertama nih” goda Lusi salah satu temanku, dan akhirnya teman-temanku pun membuat rusuh dikantin, bukan rusuh yang brutal ya, rusuh hanya anak-anak SMA biasa, akhirnya kantin ramai dengan genkku, dan cowok itu pun lebih berani lagi untuk menatap dan senyum kepadaku, bukan curi-curi pandang lagi, aku jadi malu.

“Ttteeettt” bel berbunyi tanda istirahat usai, aku pun langsung bergegas masuk kelas, dan saat aku berjalan menuju kelasku dilantai 2, cowok itu tiba-tiba berjalan beriringan disampingku, aku pun makin deg-degan dan salah tingkah, Linda tau betul keinginan temannya, dia langusng menghindar menjauhiku dan berbisik.
“Cieee yang barengan jalannya” ledeknya, dan aku pun menyenggol tangan Linda dengan keras sehingga dia teriak “Awww.”

Cowok itu pun langsung nengok ke arah Linda, “Kenapa?” tanyanya kaget.

Dengan spontan aku yang menjawab, “Gak apa-apa kak, Linda emang begitu suka bikin kejutan aneh” jawabku.
“Hehhehe ya gak apa-apa kak” jawab Linda dengan senyuman tertahannya.
“Ya udah deh, gua gak mau ganggu, gua duluan ya masuk kelas, gua tunggu dibangku” ucapnya meninggalkanku.

Aku makin grogi tanpa Linda disampingku.
“Kamu kelas 1 apa?” tanyanya tiba-tiba.
“1 IPS B kak, kakak sendiri kelas 2 apa?” aku pun ikut bertanya.
“2 IPS C” jawabnya singkat.
“Waahh sama-sama kelas IPS ya kak kita” lanjutku dengan senyuman ringanketika kuakhiri pembicaran kami karena harus masuk kelas masing-masing.
“Heii…” tiba-tiba cowok itu memanggilku, maklum kami memang belum tau nama masing-masing.
“Iya kak” aku pun menoleh.
“Pulang sekolah aku tunggu dihalte ya” ucapnya dengan seketika meninggalkanku yang terdiam tersentak mendengarnya, apakah itu ajakan pulang bareng, atau… ahh tak tau lah, perasaanku jadi tak karuan.

“Hai, gimana tadi sama tuh cowok? asyik ngobrolnya, cie.... ciee.... yang lagi jatuh cinta” tiba-tiba Linda menepuk punggungku sontak aku langsung kaget dari lamunanku.
“Ahhh bisa aja loe, Lin” jawabku singkat.

Kami pun kembali mengerjakan soal-soal yang diberikan guruku, jujur akugak sabar menunggu jam sekolah berakhir. Bel pun berbunyi, tanda sekolah usai, murid-murid lain ada yang langsung pulang, ada juga yang tetap tinggal disekolah untuk mengikuti kegiatan ekskul disekolah. Aku dan Linda langsung menuju halte tempat kami menunggu bis pulang.

“Hai” tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang, ternyata cowok itu.
“Maaf ya, aku mau bicara sama teman kamu dulu boleh?” ucapnya pada sahabatku Linda, dan Linda langsung menjawab dengan cepat.
“Owhhh tentu bisa dong kak, silahkan,” jawab Linda dengan senyum lebar dan menggodaku.
“Gua pulang duluan ya Cit, selamat senang-senang ya…” ejeknya, aku mencubit kecil tangan Linda, dan dengan seketika dia sudah meninggalkanku dengan kakak kelas ku, aku dan dia ngobrol dihalte bis, entah apa yang membuat kami tidak menghentikan satu pun setiap bis yang lewat. Kami hanya terdiam dan menunduk.
“Hmmm..” aku dan dia sama mengucapkan bersamaan, kami pun jadi malu.
“Ya udah kakak duluan” ucapku.
“Gak apa-apa kamu duluan aja” pintanya.
“Aku juga gak tau harus ngomong apa, bingung” jawabku.
“Oh iya semenjak kita ketemu sampai sekarang kita belum kenalan, nama kamu siapa?” tanyanya memulai pembicaraan.
“Aku Citra, nama kakak siapa?” tanyaku balik.
“Aku Saiful, Saiful Anwar” jawabnya jelas.

Aku hanya tersenyum begitu juga dengannya, lalu kami ngobrol apapun panjang lebar, dan tak terasa waktu pun sudah menunjukan pukul setengah 2 siang, aku dan dia pun bergegas pulang.

“Citra, besok aku tunggu diterminal ya, kita berangkat sekolah bareng” ucapnya.

****

Hmmm lagi-lagi dia membuatku gak bisa tidur, aku pun masih membayangkan kejadian tadi siang dihalte, aku masih gak nyangka, cowok cool, pendiam dan gak banyak omong itu mau bicara dan berteman denganku. Yang aku tau dari teman-temanku, dia itu gak banyak ngomong, karena dia gak suka bicara panjang lebar, dan dia juga agak tertutup dengan cewek-cewek yang lainnya, padahal cewek-cewek dikelasnya banyak yang naksir sama dia, tapi dia gak pernah menggubris mereka, entahlah mengapa dia bersikap dingin seperti itu, tapi yang jelas aku senang karena dia mau bicara dan berteman denganku, dan aku juga gak mau mempedulikan yang lain.

****
“Hoooaaammmzzz” aku pun terbangun saat subuh dan menjalani rutinitas seperti biasa dikeluargaku, ketika aku sampai diterminal ternyata Ipul, begitu aku memanggilnya, sudah berada tepat didepanku.

“Morning, good girl” ucapnya, yang sempat membuatku merasa malu dan pipiku memerah.
“Morning, kak” jawabku singkat.
“Aku dari pagi udah nunggu kamu lho, aku kira kamu gak akan datang dan gak mau berangkat sekolah bareng aku, soalnya kamu lama banget sih,” ucapnya.
“Maaf kak, bikin lama menunggu ya?” jawabku.
“Mana mungkin aku gak mau diajak berangkat sekolah bareng dengan cowok impianku” dalam hatiku berkata kegirangan.

Kamipun langsung naik bis menuju sekolah, saat itu bis ramai sekali sehingga kami tidak mendapatkan tempat duduk, tapi ada satu yang membuatku nyaman dikeramaian itu, kak Ipul melindungiku dari orang lain,dari orang-orang yang penuh sesak itu, dia menghalangi orang-orang yang berdesakkan dengan tangannya hingga membentuk suatu lingkaran didepanku tapi bukan memelukku ya, jangan berfikiran yang aneh-aneh dulu, hingga aku merasa lega dalam kesempitan itu. dan tanpa sengaja kami pun bertatapan secara langsung dengan dekat dan sangat dekat, sungguh pagi ini benar-benar membuatku deg-degan dibuatnya, aku jadi serba salah dan menunduk.

“Maafin aku ya, Cit, keadaan yang membuatku jadi terlalu dekat sama kamu,” ucap nya.
“Iya kak gak apa-apa, aku ngerti,” jawab ku dengan sedikit senyuman yang agak salah tingkah.

Kami pun tiba dihalte sekolah, kami berjalan seiringan hingga membuat teman-temanku bingung dan semua melirikku dengan senyuman, ada yang menggoda ada juga yang teriak.

“Cieee cieee ada yang baru jadian nih, sama si cool” teriakan teman-temanku menggoda.
“Si cool” adalah julukan yang diberikan teman-temanku untuk kak Ipul, karena dia memang benar-benar cool sih. Aku hanya tertawa menunduk mendengar teman-temanku mengejek kami. Sebelum memasuki ruang kelas masing masing, tiba-tiba kak Ipul menarik tanganku.
“Nanti jam istirahat aku tunggu dibangku taman sekolah ya?” ucapnya sambil melepaskan tanganku.
“Iya,” aku pun menjawab dengan singkat.

Jam istirahat pun tiba, aku langsung ketaman menuju salah satu bangku taman disekolahku, disana kak Ipul sudah menungguku.

“Maaf ya kak, lama menunggu” ucapku
“Gak apa-apa aku udah biasa nunggu kamu, good girl” katanya.

Good Girl kata-kata itu sebenarnya cukup membuatku merasa nyaman saat berada disisinya.

“Hmmm, ada apa ya kak, kok kakak minta aku untuk kesini?” tanyaku memulai pembicaraan.
“Ada sesuatu yang mau aku bicarakan sama kamu” katanya
“Aku… aku… aku suka sama kamu, Citra, sebenarnya rasa suka aku sudah ada sejak pertama kali aku lihat kamu waktu kamu pertama kali daftar disekolah ini, cuma saat itu kamu gak peduli sama keberadaan aku, hingga saat ini rasa suka aku ke kamu gak berubah sedikit pun, bahkan bertambah besar, dan dari rasa suka itu sekarang aku memiliki rasa sayang buat kamu Citra..” ucapnya, sungguh kata-katanya membuatku kaget, ternyata diam-diam selama ini dia memperhatikan aku, dan pandangannya hanya untuk aku, maaf kalau aku gak menyadari akan hal itu.

“Tapi kenapa harus aku yang kamu suka? Padahal kan masih banyak cewek-cewek disekolah ini yang lebih baik dari aku, kenapa kamu malah pilih aku?” tanyaku.
“Itulah yang membuatku terdiam selama ini, aku gak mau mengkhianati rasa suka dan sayangku terhadap kamu, yang selama ini aku jaga dengan sangat baik, aku bersikap dingin dan acuh dengan teman-teman cewek di kelasku, karena aku gak mau menyakiti siapapun dengan sikapku, dan aku rasa itu lebih baik dari pada aku harus tebar pesona,” jawabnya, tapi justru sikap cuek, acuh dan dinginnya itu yang membuat cewek-cewek disini semakin suka sama dia.

“Hmmm, gitu ya” jawabku singkat dengan agak bengong dan bingung.
“Hei, good girl, gimana jawabannya, kok malah bengong” ucapannya sempat mengagetkanku dari lamunanku.
“Sebenarnya aku juga suka sama kamu,” jawabku.

Dia pun langsung berdiri didepanku, dan berkata, “Terima kasih good girl, aku janji akan selalu menjaga hubungan kita dengan baik, aku janji akan selalu membuat hari-hari kamu bahagia setiap saat bersamaku,” ucapnya dengan sepenuh hati.

****

Hari-hari pun berlalu dengan cepatdan setiap hari yang ku jalani adalah kebahagiaan saat bersamanya, dia begitu menjaga dan melindungiku, tanpa mengkhianati rasa cinta kami dengan hubungan yang macam-macam, dan aku sangat menghargai sikapnya, setiap hari disekolah kami selalu bersama, dan gak terasa ternyata sudah 1 tahun kami bersama menjalani hari-hari ini dengan indah.

Dan minggu depan adalah 1 tahun Annyversaryku dengan dia, aku merencanakan sesuatu untuknya, entah dia melakukan hal yang sama atau enggak, yang penting aku sangat mencintainya.

“Minggu depan kita nonton yuk?” ajakku kepada Ipul.
“Maaf good girl, aku gak bisa karena aku ada acara sama teman-temanku, dan aku gak bisa meninggalkan acara itu” jawabnya.
“Ohh gitu ya, ya udah gak apa apa sayang,” jawabku dengan nada agak sedih, dia pun langsung menghiburku karena mendengar suaraku.
“Hei good girl, jangan sedih ya, nanti kalau aku udah selesai dengan acara teman-temanku, aku janji langsung ketempat kamu ya sayang,” jawabnya menghiburku. Aku memang gak pernah menunjukkan rasa sedih dan marahku kepadanya, karena aku menjaga perasaannya yang sangat melindungiku, dan dia pun tidak pernah mengecewakanku sedikitpun.

****

Akhirnya hari yang aku nantikan pun tiba, aku berdandan secantik mungkin, agar nanti kalau dia lihat aku, bisa takjub, hehhehe.

Jam 8 malam dia baru datang ke rumahku, izin dan berpamitan dengan kedua orangtuaku untuk mengajakku pergi, orangtuaku sangat menyukai Ipul karena sikapnya yang dewasa, menjaga dan melindungiku, makanya orangtuaku memberikan kepercayaan tehadapnya.

“Malam ini kita mau kemana, Yang?” tanyaku bingung.
“Ada deh, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat, rahasia,” jawabnya dengan penuh kerahasiaan yang membuatku semakin penasaran.

Akhirnya kamipun sampai disebuah tempat, buatku  ini sangat istimewa.
“Taraaammm, surpriseee….!!!” teriaknya tiba-tiba, woooww dia mengajakku Dinner ternyata, “Happy 1 th Annyversarry My Good Girl,” ucapnya.
Dan aku pun langsung memeluknya.
”Makasih ya, sayang, aku benar-benar gak tau kalau kamu udah nyiapin semua ini,” ucap ku dengan rasa heran,
“Kamu masih ingat gak, minggu lalu, aku bilang gak bisa pergi sama kamu, karena aku ada acara dengan teman-temanku?” tanyanya
"Iya, sayang, so?” ucapku
“Iya, sebenarnya aku meminta bantuan ke teman-temanku untuk membuat surprise ini, nah setelah aku dan teman-temanku selesai baru deh aku jemput kamu,” ucapnya sambil menggoda. “Maaf ya sayang udah bikin kamu sedih waktu itu,” lanjutnya,
“Issshhh jahat kamu, udah bikin aku sedih, udah nolak ajakan aku untuk nonton,” aku pun cemberut.
Dan tiba-tiba dia langsung mencium kening ku, dan berkata, “Maafin aku ya sayang, aku janji selamanya gak akan bikin kamu sedih lagi dan gak akan ada air mata yang keluar dari mata kamu, karena air mata kamu lebih berharga dari pada untuk menangisi aku.”
Haduuuhhh aku makin sayang aja sama dia, dia benar-benar membuat aku bahagia malam ini. 
Selesai makan malam, aku pun ingin mampir ke sebuah supermarket terdekat yang ada di seberang jalan untuk membeli sesuatu.
“Kamu tunggu di sini aja ya, sayang, biar aku yang nyebarang jalan dan belikan sesuatu yang kamu mau itu,” ucapnya.
“Ok, aku tunggu disini ya, say, kamu hati hati ya nyebrangnya, i love you, aku sayang kamu,” ucap ku yang tiba-tiba kata-kata itu keluar refleks dari bibir ku.
“Iya sayang, Love you too, aku juga sayang kamu, selamanya,” jawabnya yang dengan perlahan melepaskan tanganku.

Dia pun pergi ke sebrang jalan utk membeli sesuatu di supermarket terdekat itu, dan aku pun melangkah menuju sepeda motor yang di parkir kan gak jauh dr tempat ku berdiri.

Belum pun aku sampai ke parkiran motor ku, tiba-tiba “ttteeettt” suara klakson mobil yang begitu kencang menghebohkan suasana malam itu, aku pun dengan cepat menoleh ke arah jalanan dan aku pun melihat dengan jelas kekasih ku tertabrak mobil itu, hingga terpental beberapa meter dari tempat kejadian, aku pun langsung berlari ke arahnya dan berteriak sekencang kencangnya, “sayang, sayang kamu bertahan ya, mereka sedang memanggil ambulans dan akan datang secepatnya” ucapku dengan nada lirih dan penuh tangis, sambil aku mengangkat kepalanya dan kutaruh di atas pangkuan ku, sungguh aku gak kuat melihat semua ini, begitu banyak darah yang keluar dari tubuhnya “gak apa-apa sayang, aku gak akan kenapa-kenapa kok, aku sayang kamu, sangat menyanyangi kamu tulus dengan sepenuh hati aku, maafin aku gak bisa menjaga kamu lagi, gak bisa melindungi kamu lagi, maafin aku ya good girl, kamu harus bisa menjaga diri kamu sendiri” ucapnya dengan terbata bata “sssttt, kamu jangan banyak bicara sayang, aku yakin kamu kuat kok, dan kamu harus kuat, tadi kan kamu bilang kamu ga akan buat aku sedih dan menangis, selamanya, pegang janji kamu, jadi kamu harus kuat sayang” aku pun menangis tersedu sedu sungguh aku tidak tahan untuk menahan isak tangis ini, tiba tiba dia mengambil ke palaku dan mendekatkan ke bibirnya dan berkata “Hei Good Girl, aku sayang kamu selamanya, sampai hidup ku berakhir, akan tetap menyayangi mu” tiba-tiba tangannya terlepas, dan kulihat dia sudah pergi meninggalkan ku, dia sudah tak bernafas lagi, aku pun menangis sejadi jadinya, dan memeluknya erat, saat itu aku berada di tengah jalan dan dikerumuni banyak orang di sekeliling ku, dan hujan pun turun dengan deras seolah menyaksikan air mata ku yang keluar karena menangisi kepergian kekasih ku, malam itu hujan turun sangat deras dan air mataku pun bersatu bersama jatuhnya deras hujan, aku pun berteriak sekencang kencangnya dengan terus memanggilnya, sungguh aku gak percaya dengan kejadian ini, cinta ku telah pergi selamanya meninggalkan semua kenangan indah kita dulu.

Keesokan harinya, di sekolah, teman-temanku juga teman-teman sekelasnya ikut berkabung dan turut berduka cita, mereka semua menangisi kematiannya, yang benar-benar mereka gak sangka, kenapa secepat ini, semuanya terjadi, seluruh murid di sekolah ku ikut menyaksikan acara pemakamannya, begitu juga dengan Linda sahabat ku, dia yang selalu berada di sisku menemaniku sepanjang waktu, “gua turut berduka ya cit, yang sabar ya sayang, semua pasti ada hikmahnya” ucapnya untuk menghibur ku. “iya, Lin makasih” jawab ku masih dengan tangisan, dan linda pun langsung memelukku.

Hari hari ini terasa sunyi dan hampa tanpanya di samping ku, gak ada lagi yang menjaga dan melindungi ku saat di jalanan, hidup ku benar benar kosong, dan aku pun berteriak sekencang kencangnya “aaarrrggghhh, mana janji kamu yang kemarin malam kamu ucapkan? mana? kamu bilang akan selalu menyanyangi aku sampai kapan pun, kamu bilang akan selalu menjaga ku dari siapa pun, kamu bilang gak akan membuat aku sedih, kamu bilang air mata aku sangat berharga, sehingga aku gak boleh menangis, tapi saat ini kamu membuat aku terlalu sedih, kamu membuat air mata aku keluar sangat banyak, kenapa kamu gak ajak aku bersama kamu, kenapa? katanya kamu sayang sama aku? mana janji kamu?” aku pun terus menangis tanpa henti “aku mohon, izinkan aku menemui mu, izinkan aku bersama mu di Surga…” pinta ku lirih dengan deraian air mata.

mungkin saat ini lagu yang cocok menemani hari hari ku lagu nya Agnes Monica yang judulnya TANPA KEKASIH.

Akhirnya hari hari ini aku lalui seperti biasa, tanpa dia, tanpa kekasih ku, aku pun datang ke sekolah seperti biasa aku bertemu dengan teman teman ku, dan kadang sesekali aku coba untuk menghibur diri ku sendiri, walaupun aku masih belum bisa menerimanya.

Tuhan, aku mohon jagalah dia selalu di sisi Mu untukku, karena aku sangat menyayanginya.

**** TAMAT**** 

Karangan:
Harni Lassastri
http://cerpenmu.com/cerpen-romantis/izinkan-aku-bersamamu-di-surga.html
Read More ->>

Pos Populer

Diberdayakan oleh Blogger.