Nak cari ape..??

Rabu, 13 Januari 2016

Kemanisan yang Tak Tergapai

Senja berganti malam. Reza pun pergi kerumah Ana sahabat baiknya sedari SMP. Malam ini Reza janji dengan Ana untuk mengajarinya bagaimana cara mengedit film. Saat dalam perjalanan, Reza bertemu dengan Icha, kekasihnya. Icha pun meminta Reza untuk menemaninya pergi ketoko kaset. Reza sempat menolak, tetapi Icha langsung marah kepadanya, pada akhirnyaReza pun menghantar Icha sehingga Reza tidak dapat pergi kerumah Ana.

Ana menunggu Reza dihalaman rumahnya, Ana melihat jam tangan yang melingkari tangannya. Jam 20.05.

“Kamu kemana sih Za, udah telat 1 jam, kenapa gak dateng-dateng juga?” Ana gelisah, takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya. Berkali-kali Ana mencoba menghubungi Reza, tapi selalu tidak ada jawaban.
“Jangan lama-lama dong Cha milihnya. Aku udah ada janji soalnya. Gak enak Cha sama temen aku.”

Icha tidak mempedulikan perkataan Reza. Dia hanya sibuk memilih kaset yang ingin dia beli.
“Cha, kamu pulang naik ojek aja ya? Aku pulang sekarang. Kamu lama banget sih!”
“Kamu tega ninggalin aku sendirian?”

Reza hanya menghela nafas dan terus melihat jam yang melingkari tangannya. Icha pun kembali memilih kaset yang ingin dia beli.

Setelah keluar dari toko kaset, Reza pun buru-buru untuk mengantarkan Icha pulang. Dia pun langsung bergegas menuju rumah Ana. Sesampainya dirumah Ana, Reza melihat Ana diteras rumahnya. Reza pun memanggilnya. Ana menengok dan menghampiri Reza.
“Lo itu kemana sih Za? Ini udah jam berapa? Lo janji jam 7. Gak ada kabar. Bikin panik tau gak.”
“Maaf Na, tadi gue udah jalan dari jam setengah 7, Cuma dijalan gue ketemu Icha dan dia minta anterin buat ketoko kaset.”


Ana kaget mendengar pengakuan itu, dia pun langsung menyuruh Reza pulang dan dia segera mungkin masuk kedalam rumah, cepat-cepat menuju kamarnya.

“Kenapa gue harus marah saat tau kalau Reza telat kerumah gue karena nganterin Icha. Emang gue siapa? Jelas dong kalau Reza akan jauh lebih milih nganterin Icha daripada ngajarin gue. Icha kan pacarnya. Kenapa gue gak pernah bisa ngilangin perasaan ini. Sakit begini terus.” Ana menangis dikamar, dia bingung dengan perasaannya kepada Reza. Tiba-tiba ponsel Ana berdering, Ana menggapai ponselnya, pesan dari Reza,

“Na, lo marah ya sama gue. Jangan dong Na, gueminta maaf, gue tau gue salah gak ngabarin lo dulu. Gue janji besok pasti gue ngajarin lo kok. Jangan marah ya Na. Gue kacau kalau lo marah sama gue.”

Ana kembali menangis.

****

Saat tiba disekolah, Reza sudah berdiri dipintu kelas Ana. Berusaha untuk menjelaskan kejadian semalam kepada Ana. Melihat Reza, Ana langsung pergi tidak ingin masuk kelas dulu. Dia malu bertemu dengan Reza karena matanya masih bengkak akibat nangis semalaman. Saat Ana berbalik badan, Reza melihat Ana dan langsung mengejar Ana. Reza menggenggam tangan Ana.

“Na, lo jangan begini. Gue tau gue salah, tapi tolong dong jangan begini. Lo boleh caci maki gue tapi jangan ngehindarin gue.”

“Gue gak marah sama lo Za. Gue Cuma lagi pingin sendiri aja. Tolong ngertiin gue. Soal ngajarin gua ngedit film, lo gak usah repot-repot. Gue udah minta tolong sama Ikky kok. Makasih sebelumnya.” Ana melepaskan genggaman tangan Reza dan segera pergi.

Reza menyesali perbuatannya, seharusnya semalem dia tidak mengantar Icha ketoko kaset. Biarkan saja Icha yang marah padanya dari pada Ana. Perempuan yang sangat dia sayang, lebih dari dia sayang sama Icha.

Ikky datang menghampiri sahabatnya yang sedang murung.

“Lo kenapa Za? Murung banget kayanya. Dilipet-lipet gitu mukanya.”
“Gue berantem sama Ana, Ky.”
“Lo berantem sama Ana ampe kusut kaya gini? Giliran berantem sama Icha lo biasa aja. Kok lo aneh sih, Za. Ohh gue tau. Apa jangan-jangan lo naksir sama Ana?”

Reza hanya diam, dalam hati dia menjawab kalau dia memang naksir dengan Ana. Tapi dia merasa gak pantas buat Ana,karena Ana terlalu baik buat orang seburuk dia.

Ana hanya murung saat Ikky menjelaskan cara-cara unuk mengedit film. Dia tidak sama sekali memperhatikan Ikky. Pikiran dia selalu ke Reza. Coba kalau Reza yang mengajarinya. Coba kalau Reza gak punya Icha. Coba kalau Reza sayang ama Ana kayak sayang sama Icha. Coba kalau Reza lebih memilih dia.
“Na, lo ngerti gak?”
“Ha?”
“Lu gak merhatiin gue ngomong ya?”
“Maaf Ky, gue gak konsen”
“Kenapa? Karena berantem sama Reza?”
“Gue gak berantem sama dia. Gue Cuma pingin jadi Icha, bisa disayang sama Reza.”
“Lo tau gak. Lo itu jauh lebih baik dari Icha. Lo baik, lo pinter, lo manis, lo sholeha, dan lo itu gak neko-neko. Jadi buat apa lo mau jadi Icha cuman buat miliki Reza. Asal lo tau Na, kalau gue rasa, Reza juga suka sama lo kaya lo suka sama dia.”

Ana berfikir, apa iya Rezasuka padanya? Apa ini hanya rekayasa Ikky untuk menghiburnya? Kalau memang Reza suka padanya, kenapa dia pacaran sama Icha? Kenapa juga dia jauh lebih memiilih mengantar Icha daripada mengajarinya?

****

Reza menatap langit-langit kamarnya. Sedari tadi dia teringat akan Ana, yang pasti sekarang sedang bersama Ikky. Miris.

Kemanisan bareng Ana tertunda untuk kesekian kalinya. Maafin gue Na. Gue terlalu takut buat bilang kalau GUE SUKA SAMA LO. Ponselnya pun berdering. Icha.
“Halloo Cha”
“Hallooo Za, bisa anterin aku ketoko kosmetik gak? Minyak wangi, bedak, pelembap, aku habis nih.”
“Ha? Malem-malem begini?”
“Ya iya lah, kalau gak sekarang, besok aku sekolah gimana? Masa gak pake minyak wangi sama bedak sih?”
“Aku males Cha, sama temen kamu aja ya? Lagi pula ini juga udah malem, gak enak sama tetangga kamu.”
“Ihhh, kamu tuh apa sih? Cuma sebentar aja gak mau nganterin. Kalau gitu mendingan kita putus aja.”
“Loh kok?”
“Kalau kamu gak mau putus ya anterin dong!”
Terserah kamu lah, Cha, aku udah capek ngikutin kamu terus, kalau emang mau putus ya udah putus aja.”

Reza langsung menutup ponselnya dan mematikannya. Dia kembali memikirkan Ana. Dan Reza tiba-tiba tersenyum. Dia tau apa yang dia lakukan.

****

Pagi-pagi sekali, dia bergegas menuju rumah Ana. Reza ingin mengatakan sesuatu kepada Ana pagi ini. Ditingkungan dekat rumah Ana, Reza yang mengendari motornya dengan sangat cepat, berpapasan dengan mobil yang melaju kencang. Reza tak dapat mengendalikannya. Tabrakan pun tak dapat terhindari.

“Assalamu’alaikum.”
“Iya.. Wa’alaikum salam”.

Ayah Ana membukakan pintu. Dan langsung pergi keluar rumah. Melihat itu, Ana heran. Perasaan Ana tak enak. Ana memutuskan untuk mengikuti Ayahnya bersama Ibunya. Saat keluar gerbang. Ana terkejut saat melihat ada yang kecelakaan di dekat rumahnya. Ana berlari ketempat kejadian. Betapa terkejutnya Ana, saat melihat motor yang mirip dengan motor Reza berada ditempat kejadian dengan kondisi yang hancur parah.

Ana meminta izin kepada Ayahnya untuk ikut kerumah sakit melihat orang yang kecelakaan tersebut. Ana takut kalau itu Reza.

Sesampainya dirumah sakit. Saat Ayah Ana berusaha menghubungi keluarga korban, Ana mengajak ibunya untuk pergi keruang UGD, melihat siapa yang kecelakaan. Dugaan Ana benar. Ternyata itu benar-benar Reza. Ana menghampirinya, dan air matanya pun tak tertahan lagi. Seketika Reza terbangun. Dia melihat Ana ada disampingnya. Dia pun tersenyum. Sambil terbata-bata dia mengatakan sesuatu kepada Ana.

“Naa. Aku Cinta Kamu. Maafin aku yang telat bilang sama kamu. Aku cinta kamu dari dulu.”
“Aku juga, Za. Aku juga cinta sama kamu. Kamu kuat ya? Kamu gak boleh ninggalin aku.”

Reza tersenyum, dia memberikan sebuah kalung dengan liontin berinisial huruf R dan A yang tersambung dan berkata, “Maafin aku. Aku Cinta kamu” detik berikutnya Reza sudah tidak bernafas lagi. Ana pun sangat sedih.

Saat pemakaman, Ana tidak bisa berhenti menangis. Dia terus melihat Reza yang telah terbalut kain kafan yang perlahan mulai tertutupi oleh tanah. Disana juga ada Ikky dan Icha. Ikky menghampiri Ana, “Sekarang lotau kan? Kalau Reza itu sayang sama lo lebih dari dia sayang sama Icha.”

Ana tersenyum dan memegangi kalung berliontin yang diberikan oleh Reza, “Aku janji, aku akan jaga kalung ini baik-baik samakaya kamu menjaga perasaan kamu ke aku selama ini. Makasih Za. Aku sayang kamu.” Ana mencium papan nisan Reza dan pergi meninggalkan pemakaman dengan Ikky.

**** TAMAT ****

Karangan:
Rahmah Silvia Safitri
http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-sedih/kemanisan-yang-tak-tergapai.html

0 komentar:

Pos Populer

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.