Nak cari ape..??

Rabu, 13 Januari 2016

Bertepuk Sebelah Tangan

“Ren, Rena!” Dengan gerakan refleks gadis bernama Rena itu menoleh ke arah datangnya suara yang memanggil namanya, dan lagi-lagi pria itu, pria yang sudah 1 bulan ini mengisi pikiran dan hatinya, pria yang ia sukai namun tak mampu untuk diungkapkan, Rizky. “Rizky? Ada apa?” pria itu terlihat sibuk mengatur nafasnya yang terengah-engah, karena pria itu baru saja berlari mencari Rena diseluruh penjuru sekolah.

“Kau akan pulang?” tanya Rizky.

Rena hanya mengangguk mengiyakan, terlihat sekali ekspresi kebingungan dari air mukanya. Rizky mulai bisa mengatur nafasnya lalu menarik senyumtipis.

“Apa kau terburu-buru untuk pulang? Rencananya anak-anak akan berkumpul dirumah Beby, apakah kau bisa ikut?” kini raut wajahnya mengekspresikan bahwa ia benar-benar ingin Rena untuk ikut bersamanya.
“Baiklah aku akan ikut” jawab Rena.

Terpancar jelas bahwa pria itu senang jika Rena ikut bersamanya.

Oh God.... Kenapa harus begini? Kenapa hatiku selalu menjadi tak karuansaat harus berhadapan dengan pria ini? Aku mencoba mengatur intonasi suaraku agar tidak terdengar bahwa aku merasakan sesuatu yang berbeda dengannya, seperti sebuah tarikan yang memaksaku untuk merasa suatu hal yang ada didalam hatiku.

Kini aku berada dibelakangnya, menaiki sepedah motor kesayangannya menuju rumah sahabat kami, Beby, ya kami. Aku, Rizky, Beby, Rania, Alisia, Aldrian, Reza, Raisa, Kevin, dan Yoga.

Kami hanya membisu diatas motor, tak ada sepatah katapunyang kami keluarkan. Dari tadi aku hanya memperhatikan Rizky dari belakang, menyimpan rasa kagum padanya, tidak berani mengeluarkan kata-kata apapun. God, aku menyayanginya, aku menginkan pria itu.. sangat. Terlintas dipikiranku tanpa sadar, teringat senyumannya yang sangat mempesona, keramahannya, ketampanannya, ketawanya yang khas dan tak akan terlupakan oleh siapapun, dan perhatiannya padaku yang membuat aku semakin jatuh hati padanya.
“Rena, kita sudah sampai” suaranya membuyarkan lamunanku tentang dia, mambuatku terlonjak kaget dan sedikit salah tingkah.

Lalu dengan cepat aku turun dari motor membuatku hampir saja terjatuh dan kakiku terkilir.
“Rena kau tidak apa-apa?” tanya Rizky cemas.

Aku menggeleng sambil terus memegangi kakiku yang terkelir, meringis kesakitan, lalu dengan cepat ia berjongkok melihat keadaan kakiku, “kau bilang tidak apa-apa? Kakimu terkilir Rena”

“Sudahlah aku tidak apa-apa, hanya sedikit sakit.”
“Kau pasti berbohong kan?” Aku hanya menggeleng, menutupi rasa sakitku agar pria itu tidak khawatir padaku.
“Aku tau kau berbohong, kau pasti tidak ingin aku khawatir, Sudahlah jangan sungkan padaku, aku ini sahabatmu kan?”
“Tapi kan....” belum aku selesai bicara, dengan cepat Rizky menarikku dalam pelukannya memopohku untuk masuk kedalam rumah. Sial! Makiku dalamhati mengutuk diriku yang begitu ceroboh hingga melukai kakiku sendiri,dan mengutuk diriku karena tidak bisa mengatur deru jantungku.
“Rena, kau tidak apa-apa?” suara Raisa menyambutku dan Rizky ketika kami baru membuka pintu, aku hanya menggeleng, dan duduk dikursi sebelah Yoga dengan masih dibantu oleh Rizky.
“Kakinya terkilir, By, apa ada orang yang bisa menyembuhkan kaki Rena?” ucap Rizky pada Beby.
“Hmmm, pembantuku bisa” jawab Beby.

Aku langsung menoleh kearah Beby, "Tidak! Aku tidak mau dipijat itu pasti sangat sakit, tidak! Tidak mau!" seperti anak keci aku merengek tak karuan, lalu aku melihat dengan jelas Rizky mendekatiku berjongkok dan membisikkan sesuatu yang membuatku sedikit tenang.
“Hey! Aku ada disini, aku akan menjagamu, jangan khawatir” bisiknya padaku.
“Kau bisa memastikan bahwa aku akan baik-baik saja?”
“Tenang, aku akan disampingmu, aku akan menggenggam tanganmu agar semua tidak akan terasa sakit”
“Sungguh? Terimakasih.”

Dia hanya mengangguk dan menarik senyum kecil, membuatku sedikit tenang.
“Aaaarrrgh” jeritan seorang gadis terdengar sangat keras sekali, begitu memekikan telinga.
“Sudah tahan sedikit, lama-lama juga tak akan terasa sakit” Yoga ikut berteriak mencoba mengalahkan suara jeritan Rena.
“Iya, nanti juga akan terasa enak, jika sudah hilang rasa sakitnya” Aldryan tak kalah teriak.
“Nah sudah selesai nona, bagaimana? Coba digerakkan” ujar si pembantu tadi.

Rena mencoba menggerakkan kakinya yang terkilir. Kakinya baru saja dipijat, “Sudah tidak sakit, terimakasih”
“Baiklah kalau begitu saya mau pamit untuk kembali bekerja, permisi”
“Bagaimana? Sudah tidak sakit?” tanya Rizky yang sedari tadi berada disamping Rena, memegang tangannya erat.
“Tidak, sudah terasa enak” seketika Rena melihat bekas cakaran pada tangan Rizky. “Rizky, tanganmu! Aku benar-benar minta maaf.”
“Aku tidak apa-apa, yang penting bagiku kau segera sembuh.”
“Benarkah itu? Terimakasih” gadis itu menyunggingkan senyum kecil dan manis.
“Hey ada apa ini mengapa terdengar ribut sekali?” Kevin yang baru saja datang membeli makanan bersama Alisia langsung menghempaskan tubuhnya disebelah Raisa.
“Ada yang baru saja kakinya dipijat karena terkilir” sahut Reza, matanya melirik kecil pada Rena.
“Kau sih ceroboh” Alisia menoyor kepala Rena. Sedangkan Rena hanya memajukan bibirnya kesal.

Apakah cinta memang tidak harus memiliki? Apakah benar bahwa aku yang bodoh? Bodoh karena hanya melihat pada satu arah, pada cinta yang tak akan pernah bisa untuk kugapai.

Ini sangat tidak adil! Mengapa hanya aku yang memperjuangkan cinta ini? Mengapa hanya aku yang harus menanggung luka disaat aku harus melihatmu bermesraan dengan wanita lain.

Dan mengapa kau selalu memberikan perhatian-perhatian lebih padaku sementara itu yang selalu membuatku merasakan kembali sebuah rasa yang tak akan pernah terbalas.

Kini aku telah kembali menutup buku diaryku. Menulis adalah salah satu cara agar aku bisa menumpahkan segala isi hatiku, menulis sudah menjadi sebagian rutinitas harianku, dengan menulis aku selalu merasa seluruh beban dalam hatiku telah pergi jauh tenggelam dalam kata demi kata.”

****

“Rena” aku melihat jelas bahwa Rizky berlari kearahku penuh semangat, terlihat senyum lebar dari bibirnya.
“Rizky, ada apa?”
“Aku punya kabar gembira!”
“Oh ya apa?”
“Kemarin malam aku resmi berpacaran dengan Beby!”

Cara bicaranya terlihat penuh semangat dan memancarkan bahwa dia sangat bahagia. Sedangkan kini hatiku hancur menjadi beberapa bagian, merasakan luka itu semakin besar, semakin perih dan sakit.

“Oh ya? Selamat”

God, bagaimana ini? Aku sudah tak tahan lagi hatiku hancur, aku benci pada hidupku ini!

“Mmm, Riz sorry gue harus pulang, gue… gue buru-buru, bye” aku berlari sekencang mungkin menyetop taksi lalu pergi meninggalkan Rizky sendiri, yang tampak bingung dengan sikapku.
“Kriiiing”
“Rania? Ada apa?”
“Kau sudah tau bahwa Beby dan…”
“Aku sudah tau”
“Baguslah, kalau begitu nanti malam kau akan datang kan? Mereka akan mengadakan party dirumah Beby.”
“Entahlah mungkin tidak” ya mungkin aku tidak usah datang jika aku tak ingin semakin terluka.
“Aku harus mengantar momku keacara pesta sahabatnya, sampaikan salamku pada mereka, maaf aku tak bisa datang.”
“Sayang sekali, baiklah akan aku sampaikan, bye”
“Bye, have fun with you’r party.”
“Okeey honey.”

Baiklah ini keputusan yang bagus, aku akan terus berada dikamar ini! Aku kembali mengambil diary, kembali menuliskan segala bentuk perasaanku.

Sekarang semuanya telah terjawab. Cinta memang takharus memiliki, cinta juga tak akan pernah bisa untuk dipaksakan semuanya harus mengalir dengan apa adanya dari dalam hati. Sampai kapanpun aku tak akan pernah bisa memiliki hatinya, dan sampai kapanpun aku akan selalu menjadi sahabat terbaiknya, tak akan menjadi seseorang yang spesial dalam hidupnya.

Ternyata memang hanya aku yang harus berjuang mempertahankan cinta yang aku miliki, ternyata hanya aku yang harus merasakan luka ini. Sekarang aku harus mulai terbiasa dengan melihat kamu bersamanya setiap waktu.

Dan kini aku harus mulai merelakan kamu pergi bersamanya, karena aku tau bahwa cinta ini hanya cinta semu yang bertepuk sebelah.

**** TAMAT ****

Karangan:
Jihan Renata
http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-sedih/bertepuk-sebelah-tangan-2.html

0 komentar:

Pos Populer

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.