Nak cari ape..??

Rabu, 28 Oktober 2015

Tunggal Bakal Asal Mula Harimau Bukit Datuk (Cerita Rakyat Kota Dumai, Riau)


Saudagar berlayar dari Cina
Bertemu anak harimau diatas bakong
Kisah ini awal bermula
Dari cerita nenek bergelar Tuk Kedondong

Harimau bernama Tunggal Bakal
Siti Zaleha ibu angkatnya
Dengan panggilan si Unggal
Dia berbakti pada ibunya

Takut akan jadi bencana
Tunggal Bakal dipisah dari ibunya
Di Gurun Panjang tempat direncana
Minta bersyarat unjuk kesaktiannya

Tersebut kisah pada zaman dahulu kala, Dumai menjadi pusat perdagangan dari berbagai penjuru dunia,para pedagang berdatangan ke Dumai karena letaknya yang berhampiran dengan Selat Malaka memudahkan para pedagang dan saudagar untuk singgah ke Dumai. Yang banyak datang adalah saudagar Cina karena ia membeli kayu bakau di Sentohulu untuk dibuat arang. Tongkang-tongkang saudagar Cina boleh dikatakan hilir mudik di Selat Dumai, Selat Dumai dikenal sangat tenang karena selat ini dilindungi oleh pulau Rupat, jarak Dumai dengan selat Malaka tidak berapa jauh dan keadaannya selalu aman, itulah yang membuat saudagar Cina dengan tongkangnya sangat tertarik untuk membeli kayu bakau dan perniagaan ke Dumai.

Suatu hari datanglah saudagar Cina dengan tongkangnya ke Dumai melintasi selat Malaka. Pada waktu tongkangnya berlayar dengan ayunan gelombang yang tak begitu ganas dan diiringi tiupan angin sepoi, saudagar Cina ini melihat sekelompok bakung (sejenis tumbuhan teratai yang tumbuh diatas air) hanyut dihadapannya dan saudagar Cina terus mengarahkan pandangannya ke bakung itu. Karena diatas bakung seolah-olah ada benda yang bergerak, mata saudagar Cina itu terus mengarah ke bakung tersebut, alangkah terkejutnya saudagar Cina ini karena ia melihat ada anak harimau diatas bakung. Ia memerintahkan anak buah tongkang agar menurunkan layar dan menurunkan sekoci (sampan tunda) dengan maksud ingin menolong anak harimau itu, seluruh orang yang ada didalam tongkang menjadi hiruk pikuk melihat keadaan anak harimau ini. Dari mana asalnya anak harimau itu? Mereka hanya mengira saja, berbagai penafsiran mulai muncul dari orang yang ada ditongkang, ada yang mengatakan lepas dari induknya, ada yang mengatakan dibawa air bah (banjir besar) dari sungai Siak, ada yang mengatakan harimau melahirkan diatas bakung lalu hanyut. Pokoknya bebagai penafsiran yang dilontarkan oleh orang Cina yang berada ditongkang. Namun niat saudagar Cina ini tetap dilaksanakandan ia terus naik kesampan tunda menuju kebakung dan mengangkat anak harimau tersebut, sebelum saudagar Cina ini mengambil anak harimau diatas bakung itu, ia mengatakan kepada anak harimau, “Kami semua jangan diapa-apakan karena kami semua ingin menyelamatkan engkau, itulah niat kami.” Karena anak harimau masih kecil matanya pun belum terbuka seolah-olah anak harimau ini mengerti dengan ucapan saudagar Cina ini.

Lalu anak harimau itu diangkat kemudian dimasukkan kedalam sampan tunda, perhatian semua orang tertuju kepada anak harimau kecil itu. Setelah selamat, anak harimau ini dimasukkan kedalam tongkang, saudagar Cina ini terus mengarahkan pelayarannya ke Dumai untuk mencari kayu bakau di Sentohulu untuk dibuat kayu arang. Namun sebelum tongkang sampai di Sentohulu, saudagar Cina ini berlabuh dikuala sungai Dumai karena saudagar ini kehabisan tembakau dan ingin naik kedarat  untuk membeli tembakau. Sampailah saudagar Cina ini disebuah kedai di Pangkalan Sesai, kebetulan kedai ini dimiliki oleh Siti Zaleha suaminya bernama Tengku Ibrahim Al-Rauf, didaerah ini orang sangat mengenal Siti Zaleha. Karena Siti Zaleha memiliki keajaiban yaitu Siti Zaleha memiliki susu panjang sebelah kanan, kalau ia menyusukan anaknya yang didukung belakangnya maka ia melembaikan (mengarahkan) susunya kebelakang.

Pertemuan saudagar Cina dengan Siti Zaleha untuk membeli tembakau, disamping itu saudagar Cina menceritakan pula bahwa ia mendapatkan anak harimau sewaktu ia dari Batu Pahat menuju Dumai, anak harimau diperolehnya ditengah laut diatas bakung di Selat Malaka. Terjadilah dialog antara saudagar Cina dengan Siti Zaleha, “Mana anak harimau itu?” kata Siti Zaleha. “Ada ditongkang.” Kata saudagar Cina. ”Bagaimana anak harimau itu diberikan kepadaku?” Siti Zaleha mencoba menawarkan.” “Boleh, tapi tukar saja dengan setail tembakau.” Terjadilah persetujuan antara saudagar Cina dengan Siti Zaleha untuk menukarkan antara anak harimau dengan tembakau. “Kalau begitu biarlah saya turun ketongkang menjemput anak harimau itu.” Kata saudagar Cina. “Baiklah.” Kata Siti Zaleha. Tak beberapa lama kemudian datanglah saudagar Cina membawa anak harimau.

Siti Zaleha amatlah senang mendapat anak angkat walaupun seekor anak harimau, pada waktu itu Siti Zaleha baru mempunyai anak satu yang bernama Bakar. Usianya lebih kurang empat belas bulan, sedangkan anak harimau masih menyusu dan matanya belum celik (terbuka), sehingga Siti Zaleha menyusukan secara bergantian antara Bakar dengan anak harimau ini. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Bakar dan anak harimau ini sangatlah sayang menyayangi. Melihat hal ini, kedua suami istri Siti Zaleha dan Tengku Ibrahim Al-Rauf sangatlah gembira. Sejak ia mengangkat anak harimau, banyak kemajuan yang ia peroleh terutama rezekinya bertambah, kedainya bertambah maju, orangpun banyak berdatangan melihat anak harimau sekaligus berbelanja dikedainya.

Setelah usia Bakar lebih kurang dua tahun, Bakar ditimpa penyakit, penyakit yang diderita oleh Bakar tidak dapat ditolong akhirnya Bakar meninggal dunia, tinggallah anak harimau yang diangkat Siti Zaleha. Lalu Siti Zaleha memberi nama anak harimau ini Unggal Bakal. Kemudian orang lebih mengenalnya dengan nama Tunggal Bakal.

Setelah Tunggal Bakal berusia lebih kurang 6 tahun, ayah angkatnya atau suami Siti Zaleha yakni Tengku Ibrahim Al-Rauf meninggal dunia pula. Ramailah orang berdatangan menziarahi Siti Zaleha dan Tunggal Bakal yang dalam kesedihan. Dan beberapa orang menggali kubur, untuk mengubur jenazah Ibrahim Al-Rauf. Namun saat jenazah hendak dikebumikan, Tunggal Bakal menghempas-hempaskan diri dikuburan, orang yang hadir merasa ketakutan, akhirnya Siti Zaleha mendekati Tunggal Bakal danberkata, ”Hai anakku, kalau kau sayang dengan bapakmu tidak begini caranya, menurut adat orang kami sesudah orang meninggal harus dikendurikan selama tiga hari. Sebaiknya engkau pergi cari rusa dihutan, untuk kenduri arwah bapakmu.” Mendengar itu Tunggal Bakal meloncat dan lari seperti kilat, sementara Tunggal Bakal pergi, orang-orang yang ada dikuburan cepat-cepat memasukkan jenazah almarhum Tengku Ibrahim Al-Rauf  untuk dikuburkan, manalah tahu Tunggal Bakal akan segera datang.

Setelah selesai upacara pengkebumian jenazah Tengku Ibrahim Al-Rauf, para takziah kembali ke rumah. Dan tak lama kemudian  Tunggal Bakal datang membawa rusa yang paling besar, tanduknya bercabang enam, rusa itu masih hidup hanya tangan dan kakinya saja yang dipatahkan. Lalu rusa itu disembelih dan dimasak untuk kenduri. Rusa itupun tak habis dibuat kenduri selama tiga hari, karena dagingnya cukup banyak.

Setelah meninggal ayah angkat Tunggal Bakal yakni Tengku  Ibrahim Al-Rauf, tinggallah Tunggal Bakal bersama ibu angkatnya Siti Zaleha. Mereka kesepian karena orang yang dicintainya telah pergi untuk selama-lamanya. Tanggung jawab Siti Zaleha bertambah besar, yakni menjalankan usahanya dan tetap menjaga Tunggal Bakal. Yang paling sulit adalah untuk berkomunikasi dengan Tunggal Bakal, namun Siti Zaleha tetap menjaga jangan sampai Tunggal Bakal hatinya meronta sehingga dapat membuat kesibukan bagi Siti Zaleha maupun orangbanyak, maklumlah harimau namanya.

Entah beberapa purnama lamanya hidup Siti Zaleha berduaan dengan Tunggal Bakal. Terpikirlah Siti Zaleha mengingat kembali peristiwa meninggalnya Tengku Ibrahim Al-Rauf suaminya. Sewaktu ingin dikebumikan, Tunggal Bakal menghempas-hempaskan badanynya dikuburan sehingga orang ketakutan untuk mendekati kuburan Tengku Ibrahim Al-Rauf. Sehingga terjadilah dialog Siti Zaleha dengan Tunggal Bakal, “Wahai anakkku Tunggal Bakal, mak ini sudah tua. Kalau aku mati nanti tentu orang-orangsusah untuk menguburkan, orang bangsa kami takut engkau mengamuk dikuburan seperti pada waktu meninggal bapakmu dulu.” Tunggal Bakal merenung menatap Siti Zaleha seolah-olah mengerti apa yang disampaikan Siti Zaleha. “Aku sarankan engkau tinggal dibukit Gurun Panjang.” Setelah itu dipersiapkan sampan dan banyak orang yang mengantar Tunggal Bakal. Sampai dibukit, Siti Zaleha dan orang-orang naik, Siti Zaleha bercerita, “Wahai anakku, orang banyak takut kepada kamu seandainya ibu mati nanti kamu tidak memberi untuk dikubur. Engkau tinggallah selama-lamanya disini.” Setelah Siti Zaleha dan orang-orang mengantar Tunggal Bakal kebukit, maka merekapun pulang menaiki sampan melalui Sungai Dumai. Sampailah mereka kerumah. Alangkah terkejutnya Siti Zaleha melihat Tunggal Bakal telah berada pula didepan rumah. Keesokan harinya, Siti Zaleha mengantar Tunggal Bakal kembali kebukit menggunakan sampan yakni kali kedua datang kebukit Gurun Panjang, para rombongan juga ikut mengantar, lalu Siti Zaleha naik keatas bukit bersama rombongan dan memanggil Tunggal Bakal dengan tangisan yang tak dapat ditahan. Dalam keadaan tersedu-sedu, Siti Zaleha menyampaikan kepada Tunggal bakal, “Janganlah kamu pulang kerumah lagi.” Lalu dengan syarat Tunggal Bakal melenguh, menganggukkan kepalanya. Kesedihan Tunggal Bakal kelihatan diwajahnya. Walaupun Siti Zaleha hanyalah seorang ibu angkatnya, ia tetap menganggap seperti ibu kandungnya karena ia dibesarkan sekaligus menyusui kepada Siti Zaleha. Setelah itu rombongan kembali kerumah. Sesampainya ia dirumah, Siti Zaleha lagi-lagi terkejut karena Tunggal Bakal telah ada dibawah rumah.

Kejadian kedua kali ini membuat Siti Zaleha hampir-hampir tidak mengerti apa sebenarnya yang harus ia lakukan untuk memisahkan dirinya dengan Tunggal Bakal. Kemudian Siti Zaleha mengatakan untuk ketiga kalinya kepada Tunggal Bakal, “Hai anakku sayang, apa yang kamu mau, nak? Karena ibu tidak mengerti bahasamu, ibu mohon kepada kamu supaya kamu memberitahu ibu didalam mimpi.” Setelah tiga hari kemudian tepatnya malam Jumat, Siti Zaleha bermimpi Tunggal Bakal bercakap-cakap dalam mimpi itu. Kepada ibunya didalam mimpi itu, Tunggal Bakal memberitahu ia mau tinggal dibukit Gurun Panjang tersebut dengan syarat dia minta digantung kelambu kuning ditempat ia tinggal dan dibentangkan tabir tujuh lapis serta syarat lain yang diminta yaitu sewaktu mengantar nanti diarak dengan nasi kunyit pagar telur dengan beberapa pesan lainnya. Begitu Siti Zaleha mendapat isyarat dalam mimpinya, seluruh permintaan dalam mimpinya ia laksanakan, dan seterusnya Siti Zaleha memberitahu sanak keluarga untuk mengantar Tunggal Bakal ke Gurun Panjang atau kebukit tempat tinggal Tunggal Bakal.

Sesampainya Siti Zaleha dibukit, selain membawa nasi kunyit berpagar telur ayam dan membentang kelambu kuning, juga memasang tabir tujuh lapis. Untuk kemudahan Tunggal Bakal, SitiZaleha juga menggali tanah untuk dibuat perigi atau sumur supaya senang anak angkatnya minum. Konon sampai saat ini perigi tersebut masih dijumpai yaitu dilokasi antara kompek perumahan Pertamina Bukit Datuk dan Bukit Timah. Dan sampai saat ini dikalangan masyarakat Dumai banyak yang mempercayai bahwa harimau ini dikenal sebagai Tunggal Bakal atau asal mula harimau di Bukit Datuk, dan keturunan dari harimau ini kabarnya sampai saat ini masih mengujungi dan mempergunakan sumur ini.

Karena dikalangan orang-orang tua dulu pantang menyebut nama harimau, maka mereka menyebut harimau itu dengan sebutan “Datuk”, sehingga bukit ini diabadikan sebagai salah salah satu nama kelurahan dikota Dumai yaitu kelurahan Bukit Datuk. Konon kabarnya harimau ini dan keturunannya yang menjaga keamanan Dumai sampai saat ini. Wallahualam.

Kesimpulan
Kisah ini menggambarkan kepada kita bahwa harimau merupakan binatang yang sangat buas, tetapi pada kisah yang diceritakan kepada kita ini bahwa harimau yang dikenal ganas dan buas dapat bergaul dengan kelompok manusia. Ini terjadi karena karakter kebuasan dan keganasan harimau itu telah diluluhkan dengan kelembutan dan kasih sayang sang Siti Zaleha.

Nilai moral yang dapat ditarik dari cerita ini adalah sekeras-keras sikap akhirnya dapat ditaklukkan dengan kelembutan dan kasih sayang. Bak kata orang-orang tua, “Sekeras-keras kerak, lunak juga bila direndam dengan air.”

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Anda Hobi Memprediksi Angka Togel ? Punya Mimpi Keberuntungan yang Tepat ? Tapi Bingung Cari Bandar Togel Yang Aman dan Terpercaya ?
Mari Bergabung Bersama Kami di suksestoto,com , Kami Salah Satu
Untuk Anda Member yang baru bergabung!kami memberikan Promo Khusus yaitu :
-Bonus New Member 10rb untuk deposit pertama kali 50rb
Promo Untuk Member Lama dan Member Baru :
-Bonus Komisi 2% untuk anda yang mengajak Teman bermain.
-Bonus Diskon Besar Besaran :
*4D Diskon - 66% Hadiah 1.000 = 3.000.000 ( 1:3000 )
*3D Diskon - 59% Hadiah 1.000 = 400.000 ( 1:400 )
*2D Diskon - 29% Hadiah 1.000 = 70.000 ( 1:70 )
-Bonus Jackpot Mingguan sebesar 2%
Ayo Pasang angka anda di (S) (U) (K) (S) (E) (S) (4) (D) BO yang sudah terbukti Aman dan Terpercaya,silahkan Add pin BB kami pak 2B4BABF8 / 7B59A173
salam JP! dari SUKSES4D
togel online

Pos Populer

Diberdayakan oleh Blogger.