Nak cari ape..??

Jumat, 18 Maret 2016

Remaja Inspirasi Dibalik “Packed VolCash”



Membawakan penelitian yang bertajuk Packed VolcASH: An Inorganic Nature of Heavy Metals Adsorbent, penyerap logam berat dengan menggunakan abu vulkanik, Luca berkompetisi dengan 55 projek penelitian lainnya di bidang Material Sciences. Dalam ajang tersebut, Luca  berhasil membuktikan bahwa remaja Indonesia tidak kalah bersaing  dengan remaja-remaja lainnya di dunia dengan meraih penghargaan bergengsi 4th Place  Grand Awards .

Nama Luca Cada Lora belakangan ini hampir terdengar di berbagai media massa nasional. Seorang remaja berprestasi yang menginspirasi anak-anak muda Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sosok kelahiran Madiun, Jawa Timur, 19 tahun silam ini aktif terlibat dalam kegiatan penelitian-penelitian di remaja di sekolahnya.

Tak disangka-sangka ketelitian dan ketekunan dirinya dalam melakukan penelitian membuahkan hasil yang membanggakan. Selepas memenangkan ajang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-46 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2014, Luca bersama rekan timnya, Galih Ramadhan, terpilih untuk mengikuti ajang Intel International  Science and Engineering Fair (IISEF), ajang kompetisi ilmiah internasional untuk remaja pra-kuliah,  di Pittsburgh, Pennsylvania, United States pada tanggal 10-15 Mei lalu.

Membawakan penelitian yang bertajuk Packed VolcASH: An Inorganic Nature of Heavy Metals Adsorbent, penyerap logam berat dengan menggunakan abu vulkanik, Luca berkompetisi dengan 55 projek penelitian lainnya di bidang Material Sciences. Dalam ajang tersebut, Luca  berhasil membuktikan bahwa remaja Indonesia tidak kalah bersaing  dengan remaja-remaja lainnya di dunia dengan meraih penghargaan bergengsi 4th Place  Grand Awards .
Diakui oleh remaja yang mempunyai hobi fotografi ini bahwa kesempatan mengikuti ajang ilmiah internasional adalah pengalaman langka yang tidak ternilai harganya. Bukan hanya berambisi untuk meraih penghargaan, namun remaja Solo ini sudah bertekad untuk menjaring pertemanan dengan remaja-remaja berbakat dari seluruh dunia.

Berikut ini adah petikan wawancara yang dipaparkan oleh Luca kepada redaksi web BKHH LIPI mengenai  minat dan keterlibatannya dalam projek penelitian remaja.

Awal mula keterlibatan Luca dalam ajang LKIR dan IISEF tentu dimulai dari suatu projek penelitian. Ceritakan dong bagaimana awalnya kamu mendapatkan ide mengenai projek tersebut?
Sehari setelah erupsi gunung kelud turun hujan. Saya secara tidak sengaja melihat selokan depan rumah dan sedikit tertegun melihat aliran airnya yang sedikit berbeda dari biasanya. Ketika saya lihat lebih dekat ternyata ditemukan endapan abu vulkanik. Hal itu akhirnya memicu rasa penasaran dalam diri sya mengenai pemanfaatan abu vulkanik. Kemudian, saya mencari referensi  di internet hingga akhirnya menemukan jurnal tentang pemanfaatan tanah abu vulkanik atau andisol untuk penyerap logam berat.  Nah, mulailah saya berpikir apakah abu vulkanik pun mempunyai fungsi yang sama dengan andisol sebagai penyerap logam.

Apa sih masalah terbesar dalam melakukan projek penelitian tersebut?
Dana. awalnya kami menggunakan dana kurang lebih 4 juta untuk penelitian kami, tapi karena masalah keuangan sekolah memberikan 2 juta. Kami berusaha untuk menggunakannya seminimal mungkin agar cukup dalam membiaya proses penelitian. Tapi apa mau dikata, ternyata biaya analisis  dan juga reagen-reagen kimia sangat mahal.

Jika saya meminta bantuan kepada orangtua saya itu jelas tidak mungkin, karena orang tua saya buruh yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Dukungan yang diberikan oleh orangtua saya adalah dukungan moril agar kegiatan penelitian kami berjalan lancar.

Saya kemudian mendapatkan ide untuk meminta bantuan ke teman-teman sekolah. Orangorang tua mereka Akhirnya ada 5 orang teman sekolah yang membantu dana penelitian dengan dana dari orang tua mereka serta dua orang teman yang menggunakan uang saku mereka. Total yang kami dapatkan adalah 3, 7 juta. Sehingga dana penelitian kami menjadi 5, 7 juta. dana itu kemudian digunakan untuk membiayai fasiltas uji di sub laboratorium kimia FMIPA UNS dengan bimbingan dr. Pranoto, M.Sc dan Candra Purnawan, M.Sc.

Coba dong kamu ceritakan tentang projek penelitian kamu?
Dalam penelitian  ini kami berfokus pada manfaat abu vulkanik untuk menyaring limbah industri logam berat, terutama pada limbah chronium hexavalent (cr-6) yang umumnya digunakan oleh industri pembuatan logam stainless steel. Limbah CR-6 dikenal sebagai limbah berbahaya dan termasuk sebagai karsinogen atau bahan pemicu kanker.

Alat yang kami buat cukup sederhana. Intinya, limbah berbahaya akan disedot dengan mesin pompa air yang dipasangi pipa. Selain itu, terdapat pipa tambahan yang berfungsi untuk mengatur jumlah debit air yang keluar.  Kemudian, air yang berisi limbah akan dialirkan ke tabung pertama yang berisikan serat fiber. Serat fiber berguna untuk menyaring limbah yang berpartikel besar. Setelah melalui proses penyaringan di tabung  pertama , air yang berisi limbah cairan kemudian dialirkan ke tabung kedua yang berisikan abu vulkanik. Abu vulkanik sifatnya menyerap CR-6. Hasilnya akhirnya, limbah yang keluar sudah bukan limbah berbahaya dan dapat dibuang dengan aman

Apa kelanjutan dari  penelitian tersebut?
Hasil penelitian kami ikutkan ke seminar nasional teknologi industry hijau yang diadakan oleh Kementerian Perindustrian dengan judul “Kombinasi adsorben abu vulkanik dan alofan sebagai penyerap logam berat pada limbah cair pengrajin batik”.

Pada seminar tanggal 21 Mei 2014 di Kota Semarang, kami menjadi satu-satunya anak SMA yang mengikuti seminar tersebut dimana saya menjadi pemakalahnya. Lalu hasil penelitian tersebut, kami buat menjadi proposal untuk dikirim ke LKIR LIPI.

Apa yang terjadi setelah lolos proposal LKIR?
Sekolah sangat mendukung kami dengan memberikan dana sebesar 6 juta rupiah untuk penelitian di Bandung. Selama satu bulan kami kost di  Bandung, di belakang kampus LIPI. Jadi selama bulan Ramadhan 2014 kami menghabiskan waktu di laboratorium kampus geoteknologi LIPI dengan bimbingan Dr. Anggoro Tri Mursito dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI.

Nah, setelah saya menang LKIR, saya kaget karena di kalender sekolah saya terpajang gambar kami  dengan tulisan “ Juara 1 LKIR LIPI dan lolos ke Amerika pada Mei 2015”, padahal itu belum pasti karena LIPI akan menyaring lagi dari 4 juara lain. Saat itu, sebenarnya saya sedikit takut kalau tidak bisa lolos dan ikut berpatisipasi di ajang IISEFdi Amerika, kan malu, sudah dipasang tapi batal (tertawa kecil).

Bagaimana perasaan kamu ketika lolos ke ajang IISEF 2015?
Sangat senang .karena dari awal saya sudah bermimpi untuk mengikuti ajang Intel ISEF, saat jam kerja penelitian di lab Bandung, di sela-sela waktu istirahat saya menyempatkan diri melihat Youtube untuk mengetahui bagaimana suasanaIntel ISEF. Bahkan sebelum berangkat ke Jakarta, saya sempat menonton video award Ceremony di Bandara Adi Soemarmo, dan membayangkan kalau saya bisa berjalan di atas panggung seperti mereka.

Namun di sisi lain juga cukup tertekan. Karena kami menginjak kelas 12 yang sebentar lagi ujian nasional dan persiapan untuk memasuki perguruan tinggi.

Lalu bagaimana perasaan kamu ketika akhirnya mendapatkan penghargaan di ajang intel ISEF?
Seperti mimpi saja, Intel ISEF bagi saya adalah angan angan yang menjadi nyata karena sebelum saya menjadi finalis, saya sempat menonton video highlight dari ISEF dan setelah menjadi finalis saya sempat menonton video awards ceremony.Semua yang saya bayangkan menjadi kenyataan.

Apa kesan-kesanmu selama berada di Amerika?
Bersih dan teratur walau agak sepi. Ini adalah pengalaman saya pergi ke luar negeri dan saya cukup terkesan karena Pittsburgh adalah kota yang cukup nyaman untuk ditinggali. Dalam salah satu tur IISEF, kami mendapatkan kesempatan mengunjungi Heinz Field salah satu stadium football di Pittsburgh. Salah satu cara untuk melepas stress sehabis melakukan interview dengan juri-juri.

Berbagai pengalaman menarik saya alami ketika berada disana, salah satunya saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi laboratorium robot paling ternama di United States yaitu di Carnegie Melon University. Banyak fungsi robot-robot yang  saya bayangkan ternyata diciptakan disana. Tidak hanya itu, saya salut dengan keramahan teman-teman PERMIAS yang sudah menyambut dan menjamu kami. Terasa sekali kebersamaan yang solid antara orang-orang Indonesia di negeri orang.

Tidak hanya pengalaman positif, ada pula hal yang tidak menyenangkan ketika kami berada disana. Sewaktu kami mengantri McD untuk makan malam hampir satu jam (hingga pukul 12.00 pm), pelayannya dengan seenaknya berkata “we’re closed”. Bayangkan betapa gondoknya kami. Tapi yah anggap saja sebagai pengalaman yang tidak terlupakan.

Apa saran kamu untuk LIPI?
Terus berkarya berkreasi dan mengabdi untuk negeri dan mencetak anak-anak penerus bangsa yang berkualitas

Apa saran kamu untuk remaja Indonesia?
Berpikirlah kritis, hargailah waktu dan buatlah bangga orangtuamu selagi mereka masih ada. A journey of a thousand miles begins with one step. Jangan ragu untuk melangkah di awal untuk membawa perubahan.

Sumber:
http://infokompetisi.lipi.go.id/remaja-inspirasi-dibalik-packed-volcash/

0 komentar:

Pos Populer

Diberdayakan oleh Blogger.