Membawakan
penelitian yang bertajuk Packed VolcASH: An Inorganic Nature of Heavy
Metals Adsorbent, penyerap logam berat dengan menggunakan abu vulkanik, Luca
berkompetisi dengan 55 projek penelitian lainnya di bidang Material
Sciences. Dalam ajang tersebut, Luca berhasil
membuktikan bahwa remaja Indonesia tidak kalah bersaing dengan
remaja-remaja lainnya di dunia dengan meraih penghargaan bergengsi 4th
Place Grand Awards .
Nama
Luca Cada Lora belakangan ini hampir terdengar di berbagai media massa
nasional. Seorang remaja berprestasi yang menginspirasi anak-anak muda
Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sosok kelahiran Madiun, Jawa Timur, 19 tahun silam ini aktif terlibat dalam
kegiatan penelitian-penelitian di remaja di sekolahnya.
Tak
disangka-sangka ketelitian dan ketekunan dirinya dalam melakukan penelitian
membuahkan hasil yang membanggakan. Selepas memenangkan ajang Lomba Karya
Ilmiah Remaja (LKIR) ke-46 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) pada tahun 2014, Luca bersama rekan timnya, Galih Ramadhan,
terpilih untuk mengikuti ajang Intel International Science and
Engineering Fair (IISEF), ajang kompetisi ilmiah internasional untuk remaja
pra-kuliah, di Pittsburgh, Pennsylvania, United States pada tanggal 10-15
Mei lalu.
Membawakan
penelitian yang bertajuk Packed VolcASH: An Inorganic Nature of Heavy
Metals Adsorbent, penyerap logam berat dengan menggunakan abu vulkanik, Luca
berkompetisi dengan 55 projek penelitian lainnya di bidang Material
Sciences. Dalam ajang tersebut, Luca berhasil
membuktikan bahwa remaja Indonesia tidak kalah bersaing dengan
remaja-remaja lainnya di dunia dengan meraih penghargaan bergengsi 4th
Place Grand Awards .
Diakui
oleh remaja yang mempunyai hobi fotografi ini bahwa kesempatan mengikuti ajang
ilmiah internasional adalah pengalaman langka yang tidak ternilai harganya.
Bukan hanya berambisi untuk meraih penghargaan, namun remaja Solo ini sudah
bertekad untuk menjaring pertemanan dengan remaja-remaja berbakat dari seluruh
dunia.
Berikut
ini adah petikan wawancara yang dipaparkan oleh Luca kepada redaksi web BKHH
LIPI mengenai minat dan keterlibatannya dalam projek penelitian remaja.
Awal
mula keterlibatan Luca dalam ajang LKIR dan IISEF tentu dimulai dari suatu
projek penelitian. Ceritakan dong bagaimana awalnya kamu
mendapatkan ide mengenai projek tersebut?
Sehari
setelah erupsi gunung kelud turun hujan. Saya secara tidak sengaja melihat
selokan depan rumah dan sedikit tertegun melihat aliran airnya yang sedikit
berbeda dari biasanya. Ketika saya lihat lebih dekat ternyata ditemukan endapan
abu vulkanik. Hal itu akhirnya memicu rasa penasaran dalam diri sya mengenai
pemanfaatan abu vulkanik. Kemudian, saya mencari referensi di internet
hingga akhirnya menemukan jurnal tentang pemanfaatan tanah abu vulkanik atau
andisol untuk penyerap logam berat. Nah, mulailah saya berpikir apakah
abu vulkanik pun mempunyai fungsi yang sama dengan andisol sebagai penyerap
logam.
Apa
sih masalah terbesar dalam melakukan projek penelitian tersebut?
Dana.
awalnya kami menggunakan dana kurang lebih 4 juta untuk penelitian kami, tapi
karena masalah keuangan sekolah memberikan 2 juta. Kami berusaha untuk
menggunakannya seminimal mungkin agar cukup dalam membiaya proses penelitian.
Tapi apa mau dikata, ternyata biaya analisis dan juga reagen-reagen kimia
sangat mahal.
Jika
saya meminta bantuan kepada orangtua saya itu jelas tidak mungkin, karena orang
tua saya buruh yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Dukungan yang diberikan oleh orangtua saya adalah dukungan moril agar kegiatan
penelitian kami berjalan lancar.
Saya
kemudian mendapatkan ide untuk meminta bantuan ke teman-teman sekolah.
Orangorang tua mereka Akhirnya ada 5 orang teman sekolah yang membantu dana
penelitian dengan dana dari orang tua mereka serta dua orang teman yang
menggunakan uang saku mereka. Total yang kami dapatkan adalah 3, 7 juta.
Sehingga dana penelitian kami menjadi 5, 7 juta. dana itu kemudian digunakan
untuk membiayai fasiltas uji di sub laboratorium kimia FMIPA UNS dengan
bimbingan dr. Pranoto, M.Sc dan Candra Purnawan, M.Sc.
Coba
dong kamu ceritakan tentang projek penelitian kamu?
Dalam
penelitian ini kami berfokus pada manfaat abu vulkanik untuk menyaring
limbah industri logam berat, terutama pada limbah chronium hexavalent (cr-6)
yang umumnya digunakan oleh industri pembuatan logam stainless steel. Limbah
CR-6 dikenal sebagai limbah berbahaya dan termasuk sebagai karsinogen atau
bahan pemicu kanker.
Alat
yang kami buat cukup sederhana. Intinya, limbah berbahaya akan disedot dengan
mesin pompa air yang dipasangi pipa. Selain itu, terdapat pipa tambahan yang
berfungsi untuk mengatur jumlah debit air yang keluar. Kemudian, air yang
berisi limbah akan dialirkan ke tabung pertama yang berisikan serat fiber.
Serat fiber berguna untuk menyaring limbah yang berpartikel besar. Setelah
melalui proses penyaringan di tabung pertama , air yang berisi limbah
cairan kemudian dialirkan ke tabung kedua yang berisikan abu vulkanik. Abu
vulkanik sifatnya menyerap CR-6. Hasilnya akhirnya, limbah yang keluar sudah
bukan limbah berbahaya dan dapat dibuang dengan aman
Apa
kelanjutan dari penelitian tersebut?
Hasil
penelitian kami ikutkan ke seminar nasional teknologi industry hijau yang
diadakan oleh Kementerian Perindustrian dengan judul “Kombinasi adsorben abu
vulkanik dan alofan sebagai penyerap logam berat pada limbah cair pengrajin
batik”.
Pada seminar tanggal 21 Mei 2014 di Kota Semarang, kami menjadi satu-satunya anak SMA yang mengikuti seminar tersebut dimana saya menjadi pemakalahnya. Lalu hasil penelitian tersebut, kami buat menjadi proposal untuk dikirim ke LKIR LIPI.
Apa
yang terjadi setelah lolos proposal LKIR?
Sekolah
sangat mendukung kami dengan memberikan dana sebesar 6 juta rupiah untuk
penelitian di Bandung. Selama satu bulan kami kost di Bandung, di
belakang kampus LIPI. Jadi selama bulan Ramadhan 2014 kami menghabiskan waktu
di laboratorium kampus geoteknologi LIPI dengan bimbingan Dr. Anggoro Tri
Mursito dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI.
Nah,
setelah saya menang LKIR, saya kaget karena di kalender sekolah saya terpajang
gambar kami dengan tulisan “ Juara 1 LKIR LIPI dan lolos ke Amerika pada
Mei 2015”, padahal itu belum pasti karena LIPI akan menyaring lagi dari 4 juara
lain. Saat itu, sebenarnya saya sedikit takut kalau tidak bisa lolos dan ikut
berpatisipasi di ajang IISEFdi Amerika, kan malu, sudah dipasang tapi batal (tertawa
kecil).
Bagaimana
perasaan kamu ketika lolos ke ajang IISEF 2015?
Sangat
senang .karena dari awal saya sudah bermimpi untuk mengikuti ajang Intel ISEF,
saat jam kerja penelitian di lab Bandung, di sela-sela waktu istirahat saya
menyempatkan diri melihat Youtube untuk mengetahui bagaimana suasanaIntel ISEF.
Bahkan sebelum berangkat ke Jakarta, saya sempat menonton video award Ceremony
di Bandara Adi Soemarmo, dan membayangkan kalau saya bisa berjalan di atas
panggung seperti mereka.
Namun
di sisi lain juga cukup tertekan. Karena kami menginjak kelas 12 yang sebentar
lagi ujian nasional dan persiapan untuk memasuki perguruan tinggi.
Lalu
bagaimana perasaan kamu ketika akhirnya mendapatkan penghargaan di ajang intel
ISEF?
Seperti
mimpi saja, Intel ISEF bagi saya adalah angan angan yang menjadi nyata karena
sebelum saya menjadi finalis, saya sempat menonton video highlight dari ISEF
dan setelah menjadi finalis saya sempat menonton video awards ceremony.Semua
yang saya bayangkan menjadi kenyataan.
Apa
kesan-kesanmu selama berada di Amerika?
Bersih
dan teratur walau agak sepi. Ini adalah pengalaman saya pergi ke luar negeri
dan saya cukup terkesan karena Pittsburgh adalah kota yang cukup nyaman untuk
ditinggali. Dalam salah satu tur IISEF, kami mendapatkan kesempatan mengunjungi
Heinz Field salah satu stadium football di Pittsburgh. Salah satu cara untuk
melepas stress sehabis melakukan interview dengan juri-juri.
Berbagai
pengalaman menarik saya alami ketika berada disana, salah satunya saya
mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi laboratorium robot paling ternama di
United States yaitu di Carnegie Melon University. Banyak fungsi robot-robot
yang saya bayangkan ternyata diciptakan disana. Tidak hanya itu, saya
salut dengan keramahan teman-teman PERMIAS yang sudah menyambut dan menjamu
kami. Terasa sekali kebersamaan yang solid antara orang-orang Indonesia di
negeri orang.
Tidak
hanya pengalaman positif, ada pula hal yang tidak menyenangkan ketika kami
berada disana. Sewaktu kami mengantri McD untuk makan malam hampir satu jam
(hingga pukul 12.00 pm), pelayannya dengan seenaknya berkata “we’re closed”.
Bayangkan betapa gondoknya kami. Tapi yah anggap saja sebagai pengalaman yang
tidak terlupakan.
Apa
saran kamu untuk LIPI?
Terus
berkarya berkreasi dan mengabdi untuk negeri dan mencetak anak-anak penerus
bangsa yang berkualitas
Apa
saran kamu untuk remaja Indonesia?
Berpikirlah
kritis, hargailah waktu dan buatlah bangga orangtuamu selagi mereka masih ada. A
journey of a thousand miles begins with one step. Jangan ragu untuk
melangkah di awal untuk membawa perubahan.
Sumber:
http://infokompetisi.lipi.go.id/remaja-inspirasi-dibalik-packed-volcash/
0 komentar:
Posting Komentar