Pada
penelitian ini, mereka ingin membuktikan bahwa ada fitoplankton vipolit dalam
alga hijau atau Chlorophycea. Berawal dari seringnya kedua remaja ini pergi ke
pantai.
Menjadi
peneliti muda, sangat wajar bila turun ke lapangan untuk mengumpulkan data.
Dalam pengumpulan data tersebut, pasti tak lepas dari hambatan dan halangan.
Ni
Putu Intan, remaja perempuan asal SMA 3 Denpasar Bali beserta rekannya Cok
Laksmi Pradna melakukan penelitian mengenai Evaluasi Pemanfaatan Fitoplanktob
Melosira sp, Navicula sp, Nitzschia sp di Perairan Bali dan Lombok Sebagai
Sumber Antibiotik. Dalam prosesnya, kedua gadis ini sempat menemui kesulitan
ketika mengumpulkan data.
“Penelitian
kami inikan sebenarnya susah-susah gampang. Bahan-bahannya agak kurang. Namun
kami berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan alga hijau yang jadi sumber
penelitian kami,” ujar Cok Laksmi Pradna, saat dihubungi detikcom, Senin
(31/8/2015).
Mereka
berdua harus mencari dari satu pantai ke pantai lainnya. Bahan untuk penelitian
yang mereka cari yaitu alga hijau.
Pada
penelitian ini, mereka ingin membuktikan bahwa ada fitoplankton vipolit dalam
alga hijau atau Chlorophycea. Berawal dari seringnya kedua remaja ini pergi ke
pantai.
Di
pantai, mereka sering melihat para nelayan selepas pulang melaut membersihkan
diri menggunakan cairan alga hijau. Menurut Laksmi, cairan alga hijau itu
dihasilkan dari rebusan daun alga hijau.
Karena
tertarik dengan kebiasaan para nelayan tersebut, mereka melakukan riset. Mereka
bertanya kepada para nelayan di pantai tersebut.
“Setelah
ditanya, ternyata cairan alga hijau tersebut ampuh untuk megobati gatal-gatal.
Kadangkan selepas pulang melaut mereka (nelayan) suka gatal-gatal, dan setelah
dibasuh pakai cairan alga hijau jadi sembuh,” lanjutnya.
Saat
ini keduanya berhasil membuat serum antibiotik dari alga hijau tersebut. Laksmi
menambahkan, serum ini akan terus dikembangkan dan memakan waktu yang lama.
“Saat
ini sudah ada serum antibiotiknya dari alga hijau. Dan proses pengembangannya
masih akan terus berlanjut,” ucapnya.
Serum
ini sekarang masih baru diproduksi di tingkat sekolah. Ke depannya mereka
berharap agar serum alga hijau dapat dimanfaatkan untuk masyarakat luas.
Alga
hijau dapat dijadikan antibiotik dari bakteri Staphylococcus aureus karena
memiliki kandungan polifenol, tanin, dan flavonoid yang bersifat antibakteri.
Laksmi juga menjelaskan, untuk penelitian ini membutuhkan kesabaran untuk hasil
yang memuaskan.
“Meneliti
seperti ini dibutuhkan kesabaran. Karena ini sangat sulit. Demi hasil yang
memuaskan. Selain itu biayanya sangat mahal, syukur dibantu teman-teman dan
pihak sekolah,” tambahnya.
Laksmi
menambahkan bahwa Walikota Denpasar juga sangat mendukung penelitian mereka.
Karya ilmiah kedua remaja ini kemudian menjadi pemenang pertama dalam ajang
LKIR ke-47 tahun 2015 untuk kategori Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim.
Sumber:
http://news.detik.com/berita/3006547/alga-hijau-antiobiotik-racikan-siswi-sma-di-bali
0 komentar:
Posting Komentar