Assalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh..
Selamat pagi, siang, sore, dan
malam Sobat Satria Umang-Umang...
Semoga sehat dan dimurahkan
rezekinya.. Amin Ya Rabbal'alamin
Baiklah.. Hari ini Izumi akan memposting tentang Idola saya, "Nizar Si Sertindo" (Setter Terbaiknya Indonesia")
Umpan-umpan akuratnya kerap memanjakan para Spiker samator, terkadang sedikit gerakan menipu mampu mengecoh pemain lawan. Awalnya hanya menjadi pelapis namun kini Nizar telah membuktikan kepiawannya dan membawa Samator Juara di musim kemarin.
Nizar Zulfikar merupakan salah satu tosser andalan tim bola voli putra Surabaya Bhayangkara Samator pada persaingan Proliga 2017. Awalnya, banyak yang mengira Nizar adalah adik dari Quicker Legendaris Samator Joni Sugiatno, ternyata mereka tidak memiliki hubungan darah apapun.
Baiklah.. Hari ini Izumi akan memposting tentang Idola saya, "Nizar Si Sertindo" (Setter Terbaiknya Indonesia")
Umpan-umpan akuratnya kerap memanjakan para Spiker samator, terkadang sedikit gerakan menipu mampu mengecoh pemain lawan. Awalnya hanya menjadi pelapis namun kini Nizar telah membuktikan kepiawannya dan membawa Samator Juara di musim kemarin.
Nizar Zulfikar merupakan salah satu tosser andalan tim bola voli putra Surabaya Bhayangkara Samator pada persaingan Proliga 2017. Awalnya, banyak yang mengira Nizar adalah adik dari Quicker Legendaris Samator Joni Sugiatno, ternyata mereka tidak memiliki hubungan darah apapun.
Pemain berusia 24 tahun ini
turut mengantar Samator menjuarai Proliga 2016. Namun, di balik kisah
suksesnya, ada fakta bahwa dulu Nizar tidak menyukai bola voli.
“Awalnya saya tidak suka voli. Saya pernah menekuni tenis meja, tenis lapangan, dan renang. Renang saya tekuni cukup lama dengan bergabung di klub Pesut, Kalimantan Timur (Kaltim).”
“Saat kelas 4 Sekolah Dasar (SD), saya sering memperhatikan kakak perempuan saya berlatih voli. Saya lalu ikut-ikutan bermain dan Ayah meminta saya berlatih dengan mengetes bola ke dinding,” ucap Nizar.
Ayah Nizar, Munawar adalah seorang mantan pemain voli tingkat daerah. Selama berlatih, mahasiwa Universitas Yos Sudarso ini mengaku bermain kurang baik sebagai tosser.
“Awalnya saya tidak suka voli. Saya pernah menekuni tenis meja, tenis lapangan, dan renang. Renang saya tekuni cukup lama dengan bergabung di klub Pesut, Kalimantan Timur (Kaltim).”
“Saat kelas 4 Sekolah Dasar (SD), saya sering memperhatikan kakak perempuan saya berlatih voli. Saya lalu ikut-ikutan bermain dan Ayah meminta saya berlatih dengan mengetes bola ke dinding,” ucap Nizar.
Ayah Nizar, Munawar adalah seorang mantan pemain voli tingkat daerah. Selama berlatih, mahasiwa Universitas Yos Sudarso ini mengaku bermain kurang baik sebagai tosser.
“Tetapi, saya bertekad
ingin menjadi tosser seperti mas Loudry Maspaitella yang bisa bermain awet di
voli. Karena itu, saya setiap hari latihan bola di tembok untuk memperbaiki
teknik,” tutur pemilik tinggi badan 183 centimeter (cm) ini.
Meskipun tidak pernah mengikuti Kejuaraan Daerah (Kejurda), Nizar mendapat panggilan untuk bergabung dengan timnas junior saat masih mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Saya dipanggil karena timnas kurang tosser. Saat itu, ada tosser yang mengundurkan diri sehingga posisi tersebut ditawarkan kepada saya. Saya kemudian dikenalkan dengan Mas Sigit (Ari Widodo, asisten pelatih Samator) dan diajak mengunjungi markas Samator,” kata Nizar.
“Ketika liburan sekolah SMP kelas 3, saya main ke Samator diajak mantan pelatihnya, pak Mashudi. Beliau ternyata temah Ayah. Pak Mashudi tidak memaksa saya untuk bergabung. Jadi, saya lihat suasana di sana dulu,” ujar Nizar.
Saat itu, ada dua tim yang dia pertimbangkan yakni Samator dan Indomaret. Nizar memutuskan memilih Samator karena mengetahui reputasi tim dalam peta persaingan voli di Tanah Air.
“Di sana juga ada pemain idola saya, Joni Sugiyatno. Sebelum diterima, saya diwawancara oleh pelatih Samator, Li Qiujiang. Mulai dari umur hingga tinggi badan,” kata Nizar.
“Saya datang jam 9 pagi. Malamnya, saya langsung dikasih kostum oleh Mr Li. Ternyata saya resmi diterima, tepatnya pada Juli 2010,” ucap Nizar.
Ketika bergabung dengan Samator, Nizar sempat ingin kabur karena latihan yang dijalaninya cukup berat. "Tetapi, keluarga meminta saya bersabar menjalaninya. Akhirnya, saya menikmati rutinitas berlatih,” kata si bungsu dari dua bersaudara ini.
Setahun bergabung dengan Samator, Nizar terpilih masuk timnas junior. Pada debutnya di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2011, dia berhasil membawa timnya menjadi juara.
Nizar juga mengantar tim Merah Putih menjuarai ASEAN School Games 2012 setelah mengalahkan Thailand pada babak final.
Meskipun menjalani kesibukan sebagai atlet sambil sekolah, prestasi akademik Nizar tetap baik. Dia selalu masuk rangking 10 besar.
“Ibu saya seorang guru. Dia selalu mengingatkan saya, meskipun sibuk latihan voli, sekolah jangan abal-abal. Saya bersekolah di SMA Wahid Hasyim. Tidak sama dengan teman-teman Samator di mes,” katanya.
Selama menjadi pemain, Nizar pernah merasakan periode yang membuat motivasinya menurun. Saat itu, Samator lebih percaya kepada pemain asing sebagai tosser pada Proliga 2016.
“Ayah mengingatkan saya untuk bersabar. Sebagai tosser, saya harus sabar dan tidak egois dan melayani permintaan teman-teman dalam tim,” ujar dia.
Samator saat itu memiliki dua tosser yang kerap turun bergantian yakni Nizar dan pemain asal Kuba, Pedro Lopez Fernandez.
Dia juga dipercaya turun saat menjalani laga final Proliga 2016 yang mengantar Samator meraih gelar kelima.
Ke depannya, Nizar bermimpi bisa mewakili Indonesia pada SEA Games Malaysia 2017. “Saya ingin seperti Mas Loudry. Indonesia saat ini banyak memiliki tosser bagus. Yang terpenting, saya terus menampilkan performa terbaik,” kata pria yang pernah bercita-cita menjadi pilot ini.
Semoga Saja karier Nizar bisa cemerlang dan membawa prestasi terbaik untuk timnas yang sudah lama kehilangan medali emasnya. Amin Ya Robbal'alamin..
Sukses selalu Nizar.. Buat dirimu bangga atas setiap cucuran keringatmu selama ini.. Aku kan selalu mendoakanmu..
Meskipun tidak pernah mengikuti Kejuaraan Daerah (Kejurda), Nizar mendapat panggilan untuk bergabung dengan timnas junior saat masih mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Saya dipanggil karena timnas kurang tosser. Saat itu, ada tosser yang mengundurkan diri sehingga posisi tersebut ditawarkan kepada saya. Saya kemudian dikenalkan dengan Mas Sigit (Ari Widodo, asisten pelatih Samator) dan diajak mengunjungi markas Samator,” kata Nizar.
“Ketika liburan sekolah SMP kelas 3, saya main ke Samator diajak mantan pelatihnya, pak Mashudi. Beliau ternyata temah Ayah. Pak Mashudi tidak memaksa saya untuk bergabung. Jadi, saya lihat suasana di sana dulu,” ujar Nizar.
Saat itu, ada dua tim yang dia pertimbangkan yakni Samator dan Indomaret. Nizar memutuskan memilih Samator karena mengetahui reputasi tim dalam peta persaingan voli di Tanah Air.
“Di sana juga ada pemain idola saya, Joni Sugiyatno. Sebelum diterima, saya diwawancara oleh pelatih Samator, Li Qiujiang. Mulai dari umur hingga tinggi badan,” kata Nizar.
“Saya datang jam 9 pagi. Malamnya, saya langsung dikasih kostum oleh Mr Li. Ternyata saya resmi diterima, tepatnya pada Juli 2010,” ucap Nizar.
Ketika bergabung dengan Samator, Nizar sempat ingin kabur karena latihan yang dijalaninya cukup berat. "Tetapi, keluarga meminta saya bersabar menjalaninya. Akhirnya, saya menikmati rutinitas berlatih,” kata si bungsu dari dua bersaudara ini.
Setahun bergabung dengan Samator, Nizar terpilih masuk timnas junior. Pada debutnya di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2011, dia berhasil membawa timnya menjadi juara.
Nizar juga mengantar tim Merah Putih menjuarai ASEAN School Games 2012 setelah mengalahkan Thailand pada babak final.
Meskipun menjalani kesibukan sebagai atlet sambil sekolah, prestasi akademik Nizar tetap baik. Dia selalu masuk rangking 10 besar.
“Ibu saya seorang guru. Dia selalu mengingatkan saya, meskipun sibuk latihan voli, sekolah jangan abal-abal. Saya bersekolah di SMA Wahid Hasyim. Tidak sama dengan teman-teman Samator di mes,” katanya.
Selama menjadi pemain, Nizar pernah merasakan periode yang membuat motivasinya menurun. Saat itu, Samator lebih percaya kepada pemain asing sebagai tosser pada Proliga 2016.
“Ayah mengingatkan saya untuk bersabar. Sebagai tosser, saya harus sabar dan tidak egois dan melayani permintaan teman-teman dalam tim,” ujar dia.
Samator saat itu memiliki dua tosser yang kerap turun bergantian yakni Nizar dan pemain asal Kuba, Pedro Lopez Fernandez.
Dia juga dipercaya turun saat menjalani laga final Proliga 2016 yang mengantar Samator meraih gelar kelima.
Ke depannya, Nizar bermimpi bisa mewakili Indonesia pada SEA Games Malaysia 2017. “Saya ingin seperti Mas Loudry. Indonesia saat ini banyak memiliki tosser bagus. Yang terpenting, saya terus menampilkan performa terbaik,” kata pria yang pernah bercita-cita menjadi pilot ini.
Semoga Saja karier Nizar bisa cemerlang dan membawa prestasi terbaik untuk timnas yang sudah lama kehilangan medali emasnya. Amin Ya Robbal'alamin..
Sukses selalu Nizar.. Buat dirimu bangga atas setiap cucuran keringatmu selama ini.. Aku kan selalu mendoakanmu..
Sumber
http://volleyballgameinfo.blogspot.co.id/2017/02/profil-nizar-zulfikar-tosser-surabaya.html